Patah dan Terluka 2

326 24 0
                                    

"Guru, siapa sebenarnya para Prari itu. Kenapa mau membantu menyegel pusaka Bumandhala?" Khamsu dan Dalik sedang berbincang – bincang dibawah sebuah pohon besar dihalaman istana Prari sambil menunggu tengah malam tiba. Bulan purnama terlihat besar dan bersinar cerah menghiasi langit alam Prari menyinari tempat mereka duduk.

"Kedamaian dan kenyamanan dalam menjalani kehidupan saya kira menjadi harapan bagi makhluk yang ada didunia ini. Entah itu manusia maupun makhluk – mahluk dari alam gaib. Bangsa Prari pun demikian, mereka pun mengharapkan kedamaian. Namun kedamaian dan kenyamanan dunia terancam dengan munculnya para Tamisra yang ingin menguasai alam gaib dan alam manusia. Maka, para Manusia, Prari dan makhluk – makhluk gaib lainnya yang masih perduli dengan kedamaian, bersatu mencegah ambisi Tamisra. Kebetulan, kaum Prari mempunyai kemampuan segel yang sangat kuat. Hingga kemampuannya dimanfaatkan untuk menyegel Bumandhala yang kekuatannya semakin besar. Meski dari segi kekuatan gaib, mereka masih dibawah Manusia, Tamisra serta beberapa makhluk gaib yang lain, tetapi jurus segelnya sungguh dapat diandalkan. Oh iya, pintu gaib penghubung antara markas Sandya dan alam Prari serta alam gaib lainnya juga karena kemampuan kaum Prari."

"Wah... ternyata mereka memiliki kemampuan yang hebat." Khamsu memotong cerita Dalik terkagum – kagum dengan kehebatan Prari.

"Siapa yang hebat?" tiba – tiba terdengar suara Sanggala dari samping kanan Dalik dan Khamsu, keduanya menengok kearah asal suara.

"Oh tuan Sanggala, silahkan." Khamsu sedikit bergeser duduknya dan mempersilahkan Sanggala untuk duduk disebelahnya. Sanggala pun segera mengambil duduk ditempat yang dipersilahkan Khamsu.

"Siapa tadi yang hebat Kham?" Sanggala kembali bertanya hal yang sama sambil menyenggol lengan Khamsu dengan sikunya. "Eh ini ..nganu itu.." Khamsu bingung menjawab pertanyaan tersebut. "Hahaha kenapa Kham." Dalik merasa geli melihat tingkah muridnya. "Begini tuan Sanggala." Dalik membantu menjelaskan. "Tadi saya baru saja bercerita tentang kehebatan Prari dalam membuat segel dan pintu gaib."

"Tuan Dalik terlalu membesar – besarkan cerita. Kemampuan kami biasa saja." Ujar Sanggala.

"Apakah setiap tempat bisa dibuatkan pintu penghubung?" Khamsu mengajukan pertanyaan kepada Sanggala. Sanggala terlihat berpikir sejenak.

"Mmm tidak semua tempat bisa dibuatkan pintu penghubung, seperti... kerajaan langit contohnya."

"Kerajaan langit? Dimana tempatnya?" Khamsu sangat penasaran.

"Hahahaha." Dalik dan Sanggala tertawa berbarengan. "Owalaah Kham... Kham, namanya kerajaan langit ya tempatnya dilangit." Dalik memberi penjelasan.

"Dilangit, maksud guru?" Khamsu semakin penasaran. "Ya langit, diatas, diangkasa. Tapi tentu saja wilayahnya berada di alam gaib." Dalik mendongak sambil menunjuk keatas.

"Owh, dilangit ada kerajaan ya, tetapi mengapa tidak bisa dibuatkan pintu penghubung kesana?" Khamsu kembali beratnya kepada Sanggala.

"Tenaga kami jelas memiliki keterbatasan sehingga tidak semua tempat kami buatkan. Selain itu, jika bukan penghuni kerajaan tersebut, tidak diperbolehkan masuk tanpa ijin atau kedekatan khusus dengan mereka. Mendekat wilayahnya saja, bisa ditangkap atau dibunuh."

"Memangnya seperti apa mereka, apakah mereka sangat istimewa hingga wilayahnya terlarang untuk orang lain?" Dalik dan Sanggala sama – sama mengangkat bahunya hampir bersamaan.

"Entah seperti apa mereka saya juga belum pernah bertemu." Ujar Dalik.

"Begitu pula saya. Namun dari cerita yang saya peroleh dari leluhur kami, mereka merupakan kaum yang sangat tertutup dan memiliki kesaktian yang luar biasa tinggi. Kesaktian mereka melebihi apa yang dimiliki makhluk dibumi ini." Sanggala memberi penjelasan lebih.

BUMANDHALA : MENJAGA BUMI (TAMAT)Where stories live. Discover now