I.15

373 30 3
                                    

"Kok kamu tahu itu pocong. Bukankah baru pertama lihat hantu tadi sore." Kata Dalik sambil berusaha mendongakkan kepala Khamsu yang menunduk.

"Ampuunn pak, kata orang." Sekarang bahkan Dalik merusaha membuka mata Khamsu yang sekuat tenaga terpejam.
"Jangan pak." Saking takutnya kaki Khamsu terasa gemetar lemas tak bertenaga hingga jatuh terduduk sambil tetap menunduk.

"Hehehe nyalimu ternyata sebesar kacang." Dalik sedikit geli melihat tingkah Khamsu.

"Ya sudah kamu lihat kearah saya." Perintah Dalik kepada Khamsu.

"Ndak mau.." Khamsu menolak. "Lihat sini. Lihat tangan kanan saya!" Nada bicara Dalik terdengar meninggi. Khamsu hanya menggeleng dengan tetap menunduk.
Plak! Dalik memukul kepala Khamsu dengan tangan kirinya. Tidak keras tapi cukup membuat Khamsu terlihat meringis.

"Lihat kesini!!" kali ini Dalik membentak. Lalu Khamsu mengangkat kepalanya pelan, namun matanya hanya sedikit terbuka dan memandang kearah Dalik.
"Buka lebar atau saya tinggal kamu bersama pocong itu." Dalik memberi ancaman. "Iya pak! Saya lihat!" Seketika mata Khamsu dibuka lebar – lebar. Pada saat itulah, Khamsu melihat keanehan di telapak tangan kanan yang diangkat setinggi dada Dalik. Telapak tangan dan jari – jarinya seperti terbungkus asap berwarna biru tipis. "Apa yang kamu lihat ditelapak tangan saya?" ujar Dalik.

"Asap berwarna biru."

"Bagus." Dalik lalu melihat kearah pocong. Tangan kanan sedikit dijulurkan kedepan lalu jari tengah dan ibu jarinya membuat geraka seperti sedang menyentil sesuatu. Seketika sebuah sinar biru sebesar biji salak melesat kearah pocong yang sedang berdiri disebelah pohon randu.
Trass. Sinar biru tepat mengenai jidat sipocong hingga kepalanya sedikit terdorong kebelakang.
Huaahhkk. Pocong berteriak marah dan melompat – lompat kearah Dalik dan Khamsu. "Nah nah.. kesini pak." Khamsu berusah berdiri.

"Diam dan perhatikan telapak tangan saya." Kata Dalik sambil menekan pundak Khamsu dengan tangan kirinya. Khamsu yang sudah mengangkat pantanya pun terduduk kembali. Dilihatnya, telapak tangan Dalik sudah dibuka menghadap kedepan. Sebuah bola sinar kecil berwarna biru muncul lalu membesar hingga sebesar kelapa didepan telapak tangan. Pocong yang sudah semakin dekat menghentikan lompatannya ketika melihat bola sinar, berbalik badan dan melarikan diri dari tempat itu. Bola sinar milik Dalik perlahan meredup dan menghilang.

"Syukurlah sudah pergi." Khamsu terlihat lega melihat sipocong sudah tidak ada lagi.

"Apa..? Mau saya panggil lagi?"

"Jangan pak." Khamsu buru – buru menolak sambil merapatkan kedua telapak tangannya didepan wajah, menyembah kearah Dalik.

"Hahaha." Dalik tertawa melihat kelakuan Khamsu, sementara Khamsu terlihat malu. "Ayo berdiri, kita lanjutkan perjalanan."

"Baik." Khamsu berdiri sambi menepuk – nepuk pantatnya untuk membersihkan dari debu.
"Nng... asap dan sinar biru tadi apa pak?" Khamsu penasaran. "Itu yang namanya tenaga dalam, bila kita melatihnya, bisa digunakan untuk hal yang bermanfaat." Jelas Dalik.

"Mmm." Khamsu mangut – manggut.

"Ayo bersiap pulang, tutup matamu." Dalik memberi perintah

"Tutup mata, Untuk apa? Jangan - jangan mau lihat hantu lagi?"

"Tutup matamu, kita pulang."

"Pulang kok tutup mata, ya jalan kaki." Khamsu menutup matanya sambil ngomel dalam hati.

Khamsu merasa kedua pundaknya dipegang dari belakang. "Jangan buka mata, maju lima langkah." Terdengar suara Dalik memberi perintah dari belakang sambil sedikit mendorong pundak Khamsu untuk berjalan. Pelan – pelan Khamsu berjalan sesuai perintah Dalik. Matanya yang tertutup membuatnya harus berhati – hati melangkah.

"Cukup, berhenti. Buka matamu." Perintah Dalik

"Apa sudah sampai rumah?" Khamsu membuka mata dan melihat sekelilingnya. "Lho..kok masih disini. Belum kemana – mana." Khamsu bingung, karena masih berada ditempat yang sama, hanya beda beberapa langkah saja.

"Hehe jangan kebanyakan bingung. Lihat ini." Dalik lalu melangkah kesamping kanan Khamsu dan menjulurkan tangan kanannya yang terkepal kedepan. Sebuah cincin batu akik berwarna hijau muda terlihat bersinar. Bola sinar hijau melesat cepat keluar dari batu akik lalu membesar, dan, bum. Sinar hijau berubah menjadi sosok seekor singa raksasa berwarna biru diseluruh tubuhnya. Dua tanduk menghiasi kepalnya. Singa raksasa berukuran tiga kali lipat dari singa biasa itu lantas mengaum keras.

"Ayo kita naik Tumpa... laah pingsan lagi." Dalik mengajak Khamsu untuk naik keatas singa raksasa sambil menengok kearah Khamsu, namun orang yang diajaknya sudah tergeletak ditanah. Dengan ringan Dalik mengangkat tubuh Khamsu dan melompat keatas punggung singa raksasa. Khamsu digeletakan tertelungkup didepan Dalik. Dihentaknya singa itu menggunakan kaki oleh Dalik dan berlari menuju dusun Talisari tempat tinggal Khamsu.    

BUMANDHALA : MENJAGA BUMI (TAMAT)Where stories live. Discover now