I.13

382 36 4
                                    

Dalik duduk disebelah Khamsu dan memperhatikan pancaran tenaga miliknya. Pancaran tenaganya sudah tenang bahkan nyaris tak terlihat. Hanya terlihat seperti asap tipis berwarna putih.

"Menghilang kemana pancaran tenaga yang besar tadi?" Dalik membatin. Didorong rasa penasaran yang kuat, Dalik mengaktifkan penglihatan gaib tingkat yang lebih tinggi. Tanpa sepengetahuan Khamsu yang sedang berbincang dengan Gimin masalah jualan dipasar, Dalik menerawang tubuh Khamsu. Dari kepala sampai kaki, Dalik mencoba mencari keberadaan tenaga besar yang tadi dilihatnya saat Khamsu pingsan. Setelah selesai menerawang, Dalik menggeleng – geleng kecil karena tidak ditemukan apa yang dicarinya.

"Mmm nak Khamsu, apa benar tadi kamu melihat hantu?" Dalik masih penasaran memotong pembicaraan mereka berdua. Khamsu yang sedang berbincang dengan Gimin menoleh kearah Dalik. "Betul pak, saya lihat hantu perempuan. Bahkan dari kepalanya mengepul asap hitam." Ucap Khamsu menggebu – gebu karena merasa Dalik tidak percaya padanya.

"Nah kan! Dia punya bakat tenaga dalam, bahkan Padnumaya." Dalik membatin girang karena semakin yakin anak yang didepannya mempunyai tenaga istimewa. Ia pun ingin mengajak Khamsu untuk membantunya mengembangkan tenaga dalamnya agar bisa dipergunakan. Namun ada keraguan dalam dirinya, karena ia yakin bahwa Khamsu tidak menyadari kalu dirinya mempunyai sesuatu yang istimewa dalam tubuhnya.

"Baik – baik saya percaya dengan yang kamu lihat. Saya juga melihatnya." Dalik menepuk – nepuk pundak kanan Khamsu pelan untuk menenangkannya.

"Lalu, malam ini mau menginap disini atau pulang?" Tanya Dalik. Khamsu nampak bimbang, antara menginap atau pulang. "Mmm sepertinya.. saya pulang saja. Saya bingung mau tidur dimana." Khamsu akhirnya memilih untuk pulang daripada menginap didesa Klayan.

"Istirahat disini dulu nak Khamsu. Sudah malam. Masalah tidur gampang." Gimin mencoba memberi saran.

"Nda' apa – apa pak, saya sudah merepotkan bapak dan warga sini." Jawab Khamsu

"Tapi kondisi sampean keliatan masih lemes." Ujar Gimin lagi.

"Saya sudah cukup sehat pak. Sudah bisa pulang" Khamsu tetap memaksa pulang.

"Kalau kamu memaksa untuk pulang, biar saya yang antar." Dalik memberi penawaran kepada Khamsu. Memang ini yang ia tunggu – tunggu. Ia bisa mencari informasi lebih banyak tentang Khamsu, dan berharap bisa membujuknya melatih tenaga dalamnya.

"Nda' usah mbah. Nanti merepotkan." Jawab Khamsu

"Tidak merepotkan. Pokoknya saya antar." Dalik sedikit memaksa

"Bener nak Khamsu. Biar mbah Dalik mengantarmu pulang. Bukankah kamu tadi melihat hantu. Jangan – jangan nanti kamu dicegat pas lagi pulang." Muka Gimin nampak serius.

Mendengar perkataan Gimin, nyali Khamsu ciut juga. "I..ya pak, tapi pikulan saya bagaimana" Akhirnya Khamsu mau untuk diantar pulang.

"Oh iya. Ini si Karto lama banget nyari pikulan." Baru saja Gimin selesai bicara, Karto masuk kedalam rumah. "Pak Gimin, pikulannya sudah disimpen sama kang Mirjan." Karto langsung berbicara tanpa ditanya. Gimin menoleh kearah Karto. "Ndak diambil To?" Tanya Gimin. "Kang Mirjan pergi ketempat saudaranya yang sedang mantu, rumahnya dikunci." Jawab Karto.

"Wah.. terus pikulannya?" Khamsu bertanya pada Gimin

"Dah ndak apa – apa. Nanti saya suruh orang untuk anter ke dusunmu." Gimin memberi solusi.

"Terimakasih pak. Lagi – lagi saya merepotkan bapak dan warga sini." Setelah berbasa – basi dengan Gimin dan warga, Khamsu pamit pulang ditemani oleh Dalik.

terimakasih sudah membaca

ditunggu vote dan comment nya ya....)

BUMANDHALA : MENJAGA BUMI (TAMAT)Where stories live. Discover now