Bab V. Memperbaiki Bumandhala

290 18 0
                                    

Kaspa dan Istana Basukaiswaran

Dalik menghadap eyang Badranaya di ruang meditasi. "Ada keperluan apa eyang Badranaya memanggil saya?" Dalik berbicara pelan. Wajah eyang Badranaya terlihat lebih cerah dan berseri – seri dari hari sebelumnya.

"Dalik...sepertinya dewata masih memberi welas asih pada makhluk yang selalu merasa kurang seperti kita ini." Eyang Badranaya tersenyum senang.

"Saya belum mengerti eyang."

"Eheheheh... Semediku meminta belas kasih dewata beberapa hari terakhir ini ternyata mendapat restu dari mereka. Saya memperoleh petunjuk cara memperbaiki pusaka Bumandhala agar supaya bisa kembali kesaktiannya." Eyang Badranaya mengambil keris pusaka Bumandhala yang patah dari balik bajunya.

"Syukurlah eyang."

"Untuk itulah kamu saya panggil ketempat ini untuk melaksanakan tugas memperbaiki pusaka itu." Keris pusaka yang patah lalu di serahkan kepada Dalik. Dalik pun menerimanya.

"Tapi... saya mesti bagaimana eyang."

"Tenang saja, aku akan memberi tahu langkah – langkahnya."

                                      * * *

"Tansa, sini." Marati memberi isyarat agar Tansa mengikutinya. Mereka berjalan menuju tempat yang agak tersembunyi dan sepi. "Ada apa?"

"Sssttt, pelankan suaramu." Tansa mengangguk mengerti. "Apa kau sudah dengar kalau senjata Bumandhala sudah hancur?"

"Ya, saya dengar dari makhluk hitam teman Gallam." Jawab Tansa.

"Misi kita adalah mendapatkan senjata itu, tapi sekarang sudah hancur. Untuk apa kita disini?"

"Lalu?"

"Cari waktu yang tepat kita pergi saja dari sini. Sepertinya mereka punya misi lain. Dan kurasakan Gallam juga sudah menjauh dari kita." Marati membuat keputusan.

Tansa berpikir sejenak. "Mmm..Baiklah."

                                  * * *

Malam baru saja tiba menggantikan siang. Didalam sebuah pendopo dibelakang markas Sandya, Khamsu sedang melepas lelah setelah berusaha mendapatkan Tumpakkan. Tak henti – hentinya ia memperhatikan cincin yang baru saja ia peroleh. Sementara itu Dalik menuju kearah Khamsu dengan sedikit tergesa dengan buntalan kain yang diselempangkan dipundak. "Kham bersiaplah, kita akan melakukan perjalanan jauh." Khamsu memandang kearah gurunya yang berdiri beberapa meter darinya. Kemudian ia berjalan mendekat kearah Dalik.

"Kemana guru?"

"Kita akan mencoba memperbaiki Bumandhala. Ada beberapa tempat yang akan kita datangi. Kalau ada barang atau apapun yang ingin kamu bawa, segera ambil dan datang kesini lagi." Perintah Dalik. Khamsu bergegas melangkah menuju kamarnya.

Setelah tiga puluh menit Khamsu datang ketempat Dalik berada. "Saya sudah siap guru."

"Baik." Dalik lalu mengacungkan tangan kiri yang terkepal. Sesosok singa berwarna biru bertanduk muncul dari dalam cincin yang dipakai Dalik. Melihat hal itu, Khamsu pun melakukan hal yang sama. Seekor serigala besar berwarna putih keperakan muncul. Khamsu melirik kearah gurunya sambil mengelus – elus leher bagian bawah serigala putih memamerkan Tumpakkannya.

"Wah benar - benar Tumpakkan yang gagah. Beda dengan penunggangnya. Heheh." Dalik lalu membuka pintu gaib kemudian melompat naik keatas Tumpakkannya diikuti oleh Khamsu. Khamsu melihat sekelilingnya setelah melewati pintu gaib, tempat itu masih sama persis dengan lingkungan sebelum masuk kealam gaib, yaitu halaman belakang markas Sandya. Namun Dalik sudah menghentak Tumpakkannya dan berlari ketika ia ingin bertanya, mau tidak mau Khamsu pun mengikuti gurunya.

BUMANDHALA : MENJAGA BUMI (TAMAT)Where stories live. Discover now