I.3

641 28 0
                                    

Darmala merasa sakit luar biasa di area perut. Ia berusaha bangkit, namun tubuhnya terasa lemah. Meskipun begitu, ia tetap berusaha mencari keberadaaan kotak kayu yang terlepas. Pandangan matanya diarahkan ke sekeliling untuk mencarinya.

Ketemu. Benda yang dicarinya tergeletak didekat semak – semak. Darmala mengulurkan tangan kirinya untuk meraih benda pusaka tersebut. Namun tubuhnya yang lemah hanya mampu bergeser sedikit saja, namun ia terus berusaha.

Tiba – tiba, "Hah apa itu, anak manusia, bagaimana bisa ada disini?" Darmala bergumam pelan keheranan. Ia melihat remaja usia belasan tahun merangkak pelan  keluar dari semak – semak. Wajahnya terlihat takut. Darmala segera memberi tanda kepada anak itu untuk berhenti dan tetap sembunyi.

"Huahaha. Pasrahkan saja pusaka itu. Jangan keras kepala." Makhluk hitam berkuping lancip berjalan mendekat kearah Darmala.

"Paduka raja, bertahanlah!" Lima belas prajurit kerajaan Prari menghambur kearah rajanya yang sudah tidak berdaya. Dua orang prajurit segera melakukan pengobatan, sedangkan lainnya menghadang sikuping lancip.

"Berhenti disitu." Salah seorang prajurit memerintah sikuping lancip, rekan – rekan yang lainya pun sudah siaga dengan telapak tangan yang bersinar kehijauan siap untuk menyerang.

"Hahaha, bisa apa kalian nyamuk – nyamuk lemah." Yang diperintah nampak tidak mempedulikan. Ia terus melangkah maju.

"Maju." Mendengar perintah, empat prajurit segera melesat kearah lawannya. Empat buah sinar hijau terlontar kesasaran. Bleng bleng. Rupanya serangan itu tidak mengenai sasaran. Asap hitam membentuk sebuah perisai didepan sikuping lancip menahan semua serangan.

"Huaa!" Empat buah sinar hitam runcing sepanjang satu jengkal melesat dan menembus tubuh prajurit – prajurit yang menyerangnya. Serangan balasan dari si kuping lancip benar – benar mematikan, empat prajurit tewas seketika.

"Serahkan saja apa yang kami mau. Lalu kubiarkan kalian hidup."

"Tidak akan. Hidup dibawah bayang – bayang kekuasaan bangsa kalian sama saja kematian bagi kami." Balas salah satu prajurit.

Dar dar dar dar. Ahhkkk. Tiba – tiba empat buah sinar hitam menghujam dari arah atas. Empat prajurit ambruk tewas seketika tersambar serangan dikepalanya.

"Hehehe, langsung saja kukabulkan keinginan mati kalian." Si kepala anjing sudah berdiri disamping rekannya. Rupanya serangan mematikan itu dilancarkan olehnya.

Sisa prajurit pun kehilangan tekad bertarung. Mereka saling pandang lalu melangkah mundur.

"Sudah cukup pengobatan ini, bantu teman kalian." Darmala memberi perintah.

"Tapi tuanku, luka dalam anda sangat parah. Jika kami menghentikan ....."

"Jangan membantah. Bantu mereka! Uhuk..uhuk." Darmala terbatuk karena mengelurkan tenaga untuk membentak prajuritnya. "Aku tidak apa – apa. Majulah." Imbuh Darmala. Keduanya pun mematuhi perintah rajanya.

BUMANDHALA : MENJAGA BUMI (TAMAT)Where stories live. Discover now