Memperbaiki Bumandhala 4

274 17 0
                                    

Kaspa dan Istana Basukaiswaran

Dalik dan Khamsu berjalan mendekat singgasana ratu yang terletak ditempat yang lebih tinggi dibanding lantai sekitarnya. Diatas kursi singgasana duduk seorang wanita berpakaian sutera tipis berlengan sepanjang siku dengn warna biru berpadu dengan putih. Begitu pula bawahannya, berwarna biru berpadu putih panjang hingga menutupi kakinya.

Dua orang pelayan wanita berdiri disamping kanan dan kiri tangga menuju kursi singgasana.

"Silahkan." Penjaga lalu membungkuk dan berjalan mundur meninggalkan Dalik dan Khamsu setelah sampai di dekat undak – undakan menuju singgasana.

Setelah berjarak lebih dekat, nampak kecantikan sang ratu yang membuat Khamsu tak berkedip. Memiliki mata bulat berwarna biru dan bibir yang mungil berwarna merah menjadikannya sedap dipandang. Hidung yang kecil semakin menambah serasi wajah cantiknya. Tubuhnya terlihat ramping dan kulitnya pun putih mulus.

"Mohon maaf atas kedatangan kami yang mungkin tidak berkenan, sehingga membuat kenyamanan kanjeng ratu terganggu." Dalik memberi hormat dengan sedikit membukkan badannya.

"Ohh tidak apa – apa, saya senang ada utusan kakang Badranaya datang kesini." Suara ratu yang lembut menambah anggun penampilannya. "Silahkan duduk." Ratu Sarpakanila menunjuk kearah deretan kursi kayu berukir indah dan berhiaskan emas dengan meja didepannya. Seorang pelayan lalu berjalan mempersilahkan tamunya duduk. Khamsu duduk di sebelah kiri Dalik. "Hidangkan sajian untuk tamu istimewa kita." Ratu lalu memberi tanda kepada pelayan yang lainnya.

"Sudah lama sekali kakang Badranaya maupun utusannya tidak datang ketempat ini. Ini merupakan sebuah kehormatan bagi istana Basukaiswaran." Ratu Sarpakanila kemudian berdiri dan berjalan menuruni anak tangga. Pinggangnya terlihat bergoyang kekanan dan kiri setiap ia melangkah dan membuat bawahan bajunya sesekali tersingkap memperlihatkan kedua kakinya hingga kebagian paha.

Ratu Sarpakanila memberi isyarat kepada pelayannya untuk mengambilkan kursi. Segera, si pelayan dibantu sorang penjaga membawa kursi dan ditempatkan dibelakang sang ratu yang berdiri berhadapan dengan Dalik dan Khamsu. Dekatnya jarak yang hanya dibatasi meja rendah membuat sosok sang ratu terlihat sangat jelas. Kecantikannya sekarang semakin nampak menakjubkan. Pakaiannya yang terlihat mewah ternyata terbuat dari bahan yang tipis sehingga lekuk tubuhnya menerawang jelas. Seandainya tidak memakai penutup tubuh bagian dalam, niscaya semakin indah pemandangannya. Setelah kursi sudah siap, ratu segera duduk dengan kedua kaki direkatkan. Namun begitu, belahan pakaian bagian bawah tersingkap sedikit hingga pahanya yang putih mulus sedikit terlihat, "Apakah kakang Badranaya baik – baik saja, sampai - sampai mengirim utusan kemari?"

"Sebelumnya eyang Badranaya menitipkan salam buat kanjeng Ratu, beliau juga minta maaf tidak bisa datang langsung ke istana Basukaiswaran." Pada saat Dalik memulai pembicaraan, Khamsu terlihat diam terpana dengan kemolekan ratu Sarpakanila.

"Mmm jangan terlalu kaku, panggil saja nyai ratu. Tidak mengapa, kedatangan kalian sebagai utusannya pun sudah sudah cukup menggembirakan." Ratu Sarpakanila tersenyum senang sehingga menambah kecantikannya.

"Baik nyai ratu. Dan yang selanjutnya, maksud kedatangan kami disini yaitu untuk meminta bantuan kepada nyai ratu karena kondisi alam kita ini sedang genting."

"Genting..? Memang apa yang sedang terjadi?" Ratu Sarpakanila mengerutkan dahinya.

"Saya yakin nyai ratu sudah mendengar kabar patahnya pusaka Bumandhala."

"Benar." Ratu Sarpakanila lalu menyilangkan kaki kanannya dan ditaruh diatas kaki kirinya. Gerakan itu membuat pakaiannya semakin tersingkap hingga pahanya pun semakin terbuka lebar.

BUMANDHALA : MENJAGA BUMI (TAMAT)Where stories live. Discover now