5

644 452 234
                                    

Hello Guys

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hello Guys... sebelum membaca part ini, yuk kembali baca part 1 ya 😃
karena ada keterkaitannya dengan part ini.

.
.
.

"Kenapa kalian mengejarnya ?" tanyaku pada mereka

"Eh! Lu ga usah ikut campur, ini urusan kami, maju amat lu tanya-tanyain senior !" bentak salah satu dari mereka

"Kalian lihat tu, dia ketakutan, kalau memang ada masalah diselesaikan baik-baik dong !" aku balik membentak.

"Ga bisa dibiarin ini Bram, yuk kita habisi aja ni si cebol," kata salah satu dari mereka, ternyata nama orang yang membentakku tadi adalah Bram.

Bram berjalan mendekatiku, aku sama sekali tidak takut padanya karena akan selalu ada perlindungan untuk orang yang melindungi orang yang tertindas.

Aku mengambil topi kupluk biru dari saku celanaku lalu memakainya, Bram yang tadinya sinis sejenak terbengong melihat tingkahku.

"Masih pakai acara pakai topi segala lagi, ini rasakan !" Bram mengangkat tangannya hendak memuku

"Tunggu !" seru Mira, membuat Bram terhenti.

Mira berjalan berada di tengah-tengah kami.

"Maafkan dia kak, dia sedang ada masalah, karena itu dia begini, maafkan dia ya kak," Mira bermohon.

Bram diam sejenak, melihat Mira bermohon kepadanya membuat hatinya luluh.

"Awas lu ya kalau lu coba ganggu kami lagi !" Seru bram, jarinya menunjuk kepadaku, lalu pergi bersama teman-temannya meninggalkan kami.

Aku berbalik melihat pria yang dikejar tadi, nampaknya keadaannya sudah mulai membaik.

"Nama kamu siapa ?" tanyaku

"Aris," jawabnya

"Kamu kelas berapa ?" tanyaku.

"Kelas 11 IPA 2," jawab Aris

"Dia kakak kelas kita," kata Mira

"Iya," kataku menganggukkan kepala

"Kenapa mereka mengejarmu ?" tanyaku

Aris diam saja, tidak mau menjawab.

"Dia butuh waktu Jol," kata Mira

Sekejap aku menatap Mira, apa aku salah dengar ? dia mulai memanggilku Benjol, bisa gawat ni kalau keterusan.

"Makasih ya udah tolongin aku, kalau tidak aku sudah habis dihajar sama mereka," ucap Aris

"Iya sama-sama," balasku

"Aku pulang dulu ya," pamit Aris

"Tunggu sebentar, biar aku temani," pintaku

"Gapapa, aku bisa pulang sendiri," kata Aris lalu berjalan.

Walau begitu aku tetap mengikutinya, Aku dan Mira menemaninya sampai ia membawa motornya keluar dari parkiran.

"Kasihan dia," kataku

"Iya boleh kasihan, tapi jangan sok jago," kata Mira tersenyum meledekku

"Hmm, kalau ga kita yang tolong ya siapa lagi," kataku lalu berjalan mengambil sepeda

Mira pun ikut mengambil sepedanya.

Ketemu teman yang sehobi dengan kita memanglah menyenangkan, seperti Aku dan Mira saat ini. Kami bisa bersepeda bareng saat pulang Sekolah.

"Benjol," panggil Mira yang ada di belakangku,

Aku menghentikan sepedaku

"Iya Mir," sahutku

"Resleting tas kamu terbuka," kata Mira

"Oh iya," kataku lalu melepaskan tas untuk menutup resleting.

Tampak Mira sepertinya melihat tas-ku dengan serius

"Eh tunggu sebentar," pinta Mira

Aku berhenti sejenak.

"Kenapa Mir ?" tanyaku

"Itu ada gulungan kertas biru di tas kamu ya ?" tanya Mira

"Iya, semalam aku ketemu kertas itu di jalan," jelasku

"Itu punyaku," ungkap Mira

"Lah... kebetulan dong kita ketemu, ini kertas kamu," kataku mengambil kertas itu lalu memberikannya kepada Mira

"Makasih Benjol," ucap Mira tertawa kecil.

Aku pun tertawa melihat Mira tertawa, sebenarnya aku penasara dengan isi gulungan kertas itu.

"Ehm... kalau boleh tau, itu kertas apa ya Mir ?" tanyaku penasaran.

"Ini pemberian untuk seseorang," jawab Mira

"Orang spesial ?" tanyaku

"Iya bisa dibilang begitu," kata Mira tersenyum

"Oh gitu," aku tersenyum menundukkan kepala.

"Iya hehe," Mira tertawa kecil.

"Balik yuk," ajakku melanjutkan perjalanan.

"Yuk," turut Mira

Kami pun melanjutkan perjalanan pulang kami.

****

Tak terasa hari pun telah berganti, seperti biasa kami melakukan kegiatan belajar di sekolah.

Jam pulang sekolah pun tiba, aku mengira hari ini aku akan pulang bersama Mira lagi, tetapi hari ini ia sedikit berubah.

Ia tidak banyak bicara seperti kemarin, namun aku tetap mencoba untuk tetap berbicara dengannya.

Sepulang sekolah ia berjalan sendiri, aku berjalan mengikutinnya dari belakang, ia bahkan tidak pamitan denganku padahal kami sama-sama mengambil sepeda dari parkiran.

Rasa penasaranku menumbuhkan niatku untuk mencari tahu apa yang terjadi pada Mira dan mengapa ia berubah.

Aku terus mengikutinya mengendarai sepeda, jalan yang ia lewati bukanlah jalan menuju Rumahnya tetapi ke tempat lain.

Ia menghentikan sepedanya di sebuah Taman air mancur, aku pun berhenti tidak jau dari situ.

Mira memasuki taman itu lalu duduk di sebuah kursi panjang menikmati keindahan air mancur.

Tak lama setelah itu, handphone Mira berdering, tampaknya ada panggilan masuk dari handphone-nya. Mira menggeser layar HP nya lalu mendekatkannya ke telinganya.

****

DISTANCE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang