21

158 85 164
                                    

Adakalanya persahabatan itu seperti ban sepeda, semakin sering digunakan maka akan semakin menipis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Adakalanya persahabatan itu seperti ban sepeda, semakin sering digunakan maka akan semakin menipis.

_ Wahyu

.
.
.

Kegigihan Aris dan Wahyu untuk latihan basket kini sudah sebanding dengan pola makan teratur, 3 kali sehari. Aku tidak lagi ikut latihan dengan mereka, karena aku memang tidak suka main basket, apalagi ini latihan untuk pertandingan, lebih baik aku nyemangatin mereka saja.

Sore ini mereka sudah mulai ikut berlatih bersama tim basket sekolah untuk pertandingan penyambutan hari guru, tim cewek juga akan latihan sore ini. Sudah pasti Aris tidak sabar untuk melihat Nabila.

Di tengah-tengah latihan mereka, tim basket cewek pun memasuki Lapangan basket, tapi tanpa Nabila.

Aris pun memperhatikan mereka sambil latihan, melihat tidak ada Nabila membuatnya menjadi lemas seketika, semangat latihannya kian memudar.

Karena kedatangan tim basket cewek, tim basket cowok pun beristirahat dan mempersilahkan tim cewek untuk latihan.

"Kok Nabila ga ikutan ya Jol ?" tanya Aris cemas

"Iya aku juga ga tau ris," jawabku

"Hmm," gumam Aris

"Eh Wahyu dimana ya ? kok ga kelihatan ?" tanyaku menyadari Wahyu tidak ada bersama kami.

Setelah melihat ke kanan dan kiri, akhirnya kelihatan juga si Wahyu sedang ngobrol dengan Dinda, salah satu pemain tim basket cewek. Tak lama berbicara dengan Dinda, ia pun kembali berjalan menghampiri kami dengan raut wajah tak bersemangat.

Ia datang, duduk bersama kami lalu menundukkan kepalanya, berdiam diri.

"Ada apa bro ? kok lemas amat kaya ga makan satu tahun ?" tanyaku.

"Hmm barusan aku dapat kabar tentang Nabila," kata Wahyu

"Emang Nabila kenapa ?!" tanya Aris tidak sabar.

"Nabila kecelakaan ris, di perjalanan mau ke Sekolah tadi pagi,"

"Hah ?! jadi gimana keadaannya sekarang ?" tanya Aris khawatir

"Kakinya terkilir, dia ga bisa ikut pertandingan basket ris," jawab Wahyu

Aris menghela nafas, menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Ayo ke Rumah Nabila," ajak Aris.

"Lah, kamu yakin ? Ntar kalau ga diizinin sama orangtuanya untuk jenguk gimana ?" tanyaku

Pertanyaanku membuat Aris berpikir sejenak.

"Iya benar juga, Nabila kan ga punya teman cowok," Aris mulai mempertimbangkan.

"Biar Mira dan Ayu saja yang pergi," aku memberi solusi.

"Naah gitu baru pas," Wahyu setuju

"Hmm oke" angguk Aris

Latihan pun telah usai, kami keluar dari Sekolah. Walau sudah mendapatkan solusi untuk mengetahui kabar Nabila, tetap saja Aris merasa galau, ingin rasanya untuk mentraktirnya makan bakso supaya ia kembali semangat, tapi sayangnya tidak punya duit.

****

KRING....!  Bel pulang sekolah berbunyi, kami semua berbondong-bondong keluar dari kelas.

Seperti biasa, Kami berempat selalu berjalan bersama ke parkiran. Aku, Mira, Wahyu dan Ayu. Biasanya berlima dengan Aris, tapi kini entah kemana ia pergi.

"Kalian udah pergi jenguk Nabila belum ?" tanyaku

"Udah Jol, keadaannya juga udah mulai membaik," jawab Mira

Ayu menganggukkan kepalanya.

"Bagus dong, oh iya teringatku Aris kok ga kelihatan ya ?" tanya Wahyu kecarian.

"Iya, padahal tadi masih duduk bareng kita waktu jam Istirahat," Aku ikut kecarian.

Aku perhatikan raut wajah Mira berubah, seperti ada kecemasan pada dirinya. Kami pun sampai di parkiran,
Sekejap kami menghentikan langkah kami karena melihat Aris duduk di sepedaku.

Setelah menyadari keberadaan kami, ia berjalan menghampiri kami. Kelihatan mukanya yang sembab dan juga murung, melihatnya begitu membuatku jadi khawatir hingga detak jantungku kini dapat kurasakan.

Kami menghentikan langkah kami, berdiri saling berhadapan.

"Kamu kenapa ris ?" tanyaku

"Hmm gapapa," gumam Aris, suaranya kedengaran serak.

Tingkahnya membuatku bertanya-tanya.

"Ben," panggil Aris

"Iya ris," tanggapku cepat, penasaran dengan apa yang ingin dia katakan.

"Aku mau bilang ka... kalau... pertemanan kita cukup sampai disini saja," ucap Aris terbata-bata.

"Hah ?!" mulutku sedikit terbuka

Mira menggenggam tanganku.

"Tapi... kenapa ris ? ada apa denganmu sebenarnya ?" tanya Wahyu yang sama terkejutnya denganku.

"Aku ga bisa cerita, mungkin di antara kalian ada yang tau alasannya, biar dia yang cerita," tolak Aris.

Mendengarnya ingin memutuskan persahabatan yang belum lama terjalin, membuat kami bersedih hingga berdiam diri.

"Aku pergi ya, terima kasih sudah jadi sahabat yang baik," pamit Aris, tersenyum dengan air mata yang membendung di matanya. sambil mengusap matanya ia berjalan pergi meninggalkan kami.

****

Hai Guys.... gimana part ini menurut kalian ?

Boleh dong berbagi sedikit kesannya membaca cerita Distance sejauh ini 😁

Pantengin terus kelanjutan cerita DISTANCE yaa, lagi seru-serunya ni 😉


Ardnerus Nomis

DISTANCE [TAMAT]Where stories live. Discover now