23

98 51 150
                                    

Terlihat Aris sedang duduk santai main di Warnet dengan berpakaian SERAGAM SEKOLAH, padahal Kak Kamal bilang kalau ia tidak masuk Sekolah hari ini, Apakah ia bolos ? sungguh sangat tidak bisa dipercaya.

"Kita samperin yuk Jol," ajak Wahyu

"Yuk," turutku lalu mengayuh sepeda menuju Warnet.

Kami memarkirkan Sepeda lalu memasuki Warnet itu, menyampiri Aris yang sedang asik main dengan headset gaming  menutupi telinganya.

Semakin kami mendekat, semakin kami tidak menyangka dengan apa yang terjadi padanya hingga membuat kami terhenti sejenak.

Sebatang rokok yang sudah terbakar menempel di bibirnya, sesekali mulutnya mengeluarkan asap, dan ada kotak abu rokok di meja komputernya.

Apa yang terjadi ? Aris yang begitu polos kini berubah menjadi tukang bolos dan perokok. Ini tidak bisa dibiarkan.

"Kita samperin yuk Jol," ajak Wahyu

"Hmm," gumamku yang sudah tak tahan lagi melihatnya seperti itu.

Kami berjalan semakin dekat dengannya, tetapi ia tidak menyadari kehadiran kami yang sudah tepat berada di belakangnya. Aku menepuk pundaknya hingga ia menoleh ke belakang.

"Hei Ris, kok kamu disini ?" tanyaku

"Ehm..." Aris gugup, melepaskan headset dari kepalanya.

"Kamu merokok ?" sambung Wahyu bertanya.

Aris diam saja tidak menjawab pertanyaan kami,

"Kenapa kamu jadi begini Ris ? bolos sekolah dan merokok, aku ga percaya kamu begini Ris," ucapku yang masih tidak menyangka.

"Aku sudah bilang kalau kita tidak sahabatan lagi, jadi jangan campuri urusanku," pungkas Aris

Perkataan Aris barusan membuat kami terdiam.

"Kalian penyebab Nabila membenciku, bukannya membantuku kalian malah menjadi penyebab hancurnya harapanku, pergi kalian!" bentak Aris membuat beberapa orang yang sedang main melihat kami.

"Nabila juga sedang mencarimu saat ini Ris," ungkap Wahyu

"Aku tidak mau lagi ! biarkan aku seperti ini," kini Aris benar-benar marah, ia bahkan sampai berdiri dari kursinya.

"Ris," panggilku sambil melayangkan tangan hendak memegang pundaknya ingin menenangkannya.

PLAK! bukannya semakin tenang, tanganku malah ditepis dengan keras oleh Aris hingga aku mengerang kesakitan.

"HEI!" teriak Wahyu menarik kerah baju Aris, tak terima melihatku merasa sakit,

"Sudah yu," Aku menarik Wahyu, memisahkan mereka.

"Dia sudah bukan sahabat kita lagi, lupakan dia," kataku, melihat Aris yang sama sekali tidak merasa bersalah.

"Ayo kita balik," ajakku, berjalan meninggalkan Warnet

Wahyu turut berjalan keluar Warnet.

"Emangnya dia siapa ?! seenaknya pukul tangan orang!" rewel Wahyu sepanjang jalan keluar Warnet.

"Yuk naik," pintaku, meminta Wahyu menaiki sepeda.

"Tanganmu tidak apa-apa kan ?" tanya Wahyu

"Gapapa kok, udah ayo naik," jawabku tersenyum tipis meyakinkan Wahyu, ia menaiki boncengan sepeda lalu kami pergi meninggalkan Warnet.

Tanganku memang sakit, tapi tidak seberapa jika dibandingkan dengan sakit di hatiku.

Tujuan kami hanyalah ingin membantu Aris memenangkan cintanya, kami ingin  dia bahagia, karena kami adalah sahabatnya.

DISTANCE [TAMAT]Where stories live. Discover now