30

72 18 86
                                    

Namun aku sadar, dalam situasi sulit seperti ini, lebih baik menerima semuanya dan berpikir apa yang harus dilakukan selanjutnya daripada hanya terus memberontak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namun aku sadar, dalam situasi sulit seperti ini, lebih baik menerima semuanya dan berpikir apa yang harus dilakukan selanjutnya daripada hanya terus memberontak.

_ Ben Alexander Romeo alias 'Benjol'


"Horas," ucap Dinda tersenyum.

"Horas ?" Aku terheran.

"Itu salamnya orang Medan, kan kamu orang Medan, jadi aku sebut," jelas Dinda yang membuatku makin terheran.

"Iya bener hehe, ternyata kamu tahu juga ya," kataku menggaruk kepalaku yang rasanya seperti digigit nyamuk, padahal enggak.

"Tahu dong, Ayahku orang Medan," ungkap Dinda.

"Iyakah ?!" kejutku

"Iya hehe," tawa dinda

"Dinda!" panggil Pak Guru dengan suara keras

Dinda diam menatap ke arah Pak Guru dengan merasa bersalah.

"Maaf pak," ucap Dinda

Pak Guru pun mengalihkan pandangannya kembali menjelaskan pelajaran.

"Ssstt..," Dinda memberi isyarat untuk diam.

"Ok," anggukku

****

Bel pulang sekolah pun berbunyi, Setelah memberi salam kepada Guru, kami beramai-ramai berjalan keluar kelas menuju gerbang sekolah. Aku dan Hendra perlahan berjalan sambil ngobrol bareng.

"Kamu suka bawa sepeda juga ya ?" tanya Hendra

"Yap bener, kamu juga ya ?" aku balik bertanya.

"Pasti dong, kalau di Sekolah ini mah jangan ditanya lagi, kami juga punya komunitas bikers," kata Hendra.

"Serius ?!" kejutku mengundang semangat.

"Iya serius," Hendra meyakinkan.

"Aku mau ikutan dong..," aku bersemangat.

"Boleh, tinggal mendaftar aja ke ketuanya," kata Hendra

"Siapa ketuanya ?" tanyaku

"Teman sebangkumu," jawab Hendra

"DINDA ?!" ucapku dengan keras,

"Iya si Dinda," Hendra memperjelas.

"Ada apa ni sebut-sebut nama aku ?" tiba-tiba terdengar suara Dinda yang tetnyata di belakang kami.

"Eh Dinda... Ini Ben mau gabung ke Komunitas bikers kita," jelas Hendra yang kaget.

Dinda langsung melihatku.

"Yang bener ?" tanya Dinda.

"Iyaa hehe, boleh kan ?" tanyaku penuh harap.

"Tapi ada syarat dan ketentuannya," kata Dinda

"Apa saja Din ?" tanyaku

"Besok aku jelaskan ya, aku buru-buru mau pulang ni," kata Dinda

"Oh iya, ok Din," anggukku

Kami pun pulang dengan sepeda kami masing-masing.

****

Tring... tring... aku membunyikan bel sepeda sambil memasuki halaman Rumah lalu memarkirkannya.

Sambil melepaskan topi kupluk dari kepalaku, aku berjalan hendak memasuki Rumah, sebelum itu tidak lupa aku melepaskan sepatu.

"Ibu," panggilku

"Eh, anak Ibu udah pulang," ucap ibu yang tiba-tiba keluar dari kamar.

"Iya bu hehe," kataku

"Ibu baru selesai masak tuh, selesai ganti baju kamu makan ya," kata Ibu

"Siap bu," patuhku

Aku masuk ke Kamar, mengganti bajuku lalu berjalan menuju meja makan karena perutku sudah tidak bisa diajak kompromi lagi.

Dengan lahap aku memakan Nasi dengan tempe sambel dan rendang jengkol masakan Ibuku yang lezat hingga membuatku tak sadar ternyata piringnya sudah kosong tak bersisa.

Aku berjalan mendekati TV lalu menyalakannya, namun TV nya tidak menyala.

Hmm... mungkin listrik lagi padam. dugaku

Namun tetap saja untuk memastikan, ku bertanya kepada Ibu

"Bu, listriknya lagi padam ya ?" tanyaku

"Iya nak, listriknya lagi padam," tanyaku.

"Oh iya bu," kataku lalu berjalan keluar dari Kamar Ibu

Untuk menghindari rasa bosan, aku merebahkan tubuhku di atas Kasur, Sudah pasti di saat-saat seperti ini aku memikirkan Mira, hingga akhirnya membuatku memejamkan mata dan terlelap dalam tidur.

Beberapa jam setelah Aku tertidur pulas, aku membukakan mataku lalu bangkit dari kasur karena terkejut.

Hari sudah semakin sore menjelang malam tetapi listrik masih tetap padam,

Aku berjalan keluar ke halaman Rumah,  terlihat lampu di Rumah-Rumah tetangga sudah pada menyala, hanya Rumah kami saja yang gelap, membuatku jadi tambah panik.

"Ibu... !" panggilku dengan suara keras

"Iya nak," sahut ibu dengan tenang

"Kenapa listrik kita masih padam bu ? dan di Rumah tetangga pada hidup," tanyaku pada Ibu meminta penjelasan.

"Listrik Rumah kita dipadamkan nak... Kita belum bayar tagihan listrik selama dua bulan," ungkap Ibu

Perkataan Ibu barusan membuatku tercengang, namun apa yang bisa kuperbuat, aku hanya bisa berdiam diri dan duduk merenung.

Segera Ibu menyalakan lampu teplok, dan memintaku untuk makan malam, namun aku benar-benar tidak selera makan.

Namun aku sadar, dalam situasi sulit seperti ini, lebih baik menerima semuanya dan berpikir apa yang harus dilakukan selanjutnya daripada hanya terus memberontak.

Aku rasa, aku juga harus ikut ambil bagian dalam perjuangan orangtuaku untuk mensejahterakan keluarga ini. Aku akan berusaha.

.
.
.

Hello Sobat pembaca Distance...

Kali ini aku tambahkan kandungan merica di part ini yaa.

Mungkin besok-besok aku bakal tambahin bawang 😂

Terima kasih sudah membaca ❤
Tetap ikutin terus kelanjutan cerita Distance ya 😁

Ardnerus Nomis

DISTANCE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang