11. Lombok Island - 2

266 41 8
                                    

Kata 'Gili' dalam bahasa Sasak atau bahasa ibu dari suku Sasak yang merupakan etnis mayoritas di pulau Lombok adalah pulau kecil. Pulau Gili sendiri terbagi menjadi tiga. Gili Meno, Gili Air dan Gili Trawangan. Dari ketiga pulau itu, Gili Trawangan yang paling besar dan ramai dengan turis baik dalam dan luar negeri.

Setelah mengunjungi Gili Meno dan Gili Air, kami pindah ke Gili Trawangan. Dibanding dua Gili sebelumnya, Gili Trawangan benar-benar ramai. Banyak turis domestik dan luar negeri berseliweran. Di sepanjang jalan juga banyak kios atau toko yang menjual makanan, penyewaan alat surfing dan oleh-oleh.

Kami makan siang di salah satu tempat makan yang bersebelahan dengan masjid dan tempat sewa sepeda. Rencananya, kami akan bersepeda untuk sampai ke pantai Gili yang terdapat ayunan di tengah air. Ayunan itu merupakan tempat favorit para turis untuk berfoto ria, spot yang cantik dengan latar laut biru terhampar luas.

"Ok, Guys. Kita akan menyewa sepeda untuk masing-masing. Tujuan kita adalah ayunan yang ada di Ombak Sunset. Di sana, kalian bisa bermain dan berfoto dengan bebas. Jika kalian mau, kita bisa pulang setelah melihat matahari terbenam, bagaimana?" tanya Ilham sambil melihat bergantian pada kami bertiga.

"Lihat nanti pas sampai di sana aja. Apa kita akan menunggu matahari terbenam atau pulang sebelumnya," jawab Riri lugas.

Ilham mengangguk-angguk. "Baiklah. Ayo, kalian bisa pilih sepeda mana yang mau kalian kendarai."

Sejak tadi Siska dan Riri melirik padaku. Mereka tahu aku tidak mahir naik sepeda. Mohon jangan judging aku payah, walau kuakui aku memang payah. Bukannya tidak bisa sama sekali, aku bisa mengendarai sepeda. Tapi masalahnya, selama ini aku hanya bisa naik sepeda di jalur yang lurus dan jalan yang datar. Sementara jalur yang kulihat sekarang tidak mulus, bagaimana caraku menyeimbangkan gowesanku.

"Ada masalah?" tanya Ilham yang mendekatiku dengan sepedanya. Dia melepas kacamatanya dan menatapku. Aku tahu, sejak berangkat dari hotel, matanya selalu mengikutiku, mungkin dia pikir aku masih mabuk dan tidak enak badan.

Aku menggeleng, lalu melihat padanya dengan wajah kebingungan. "Sebenarnya, aku tidak lancar bersepeda," kataku menahan malu. Memang mau bagaimana lagi, aku harus jujur.

Ilham menghela napas. Kedua alisnya bertautan, aku tahu dia sedang berpikir.

"Kalau begitu, saya bonceng kamu naik sepeda," katanya dan menawari aku jok sepeda belakangnya.

Akhirnya, kami hanya menyewa tiga sepeda. Riri dan Siska sendiri-sendiri dan aku berboncengan dengan Ilham. Sepanjang perjalanan, beberapa kali Siska melambatkan laju sepedanya supaya bisa berada di belakang sepeda Ilham. Itu dilakukannya untuk meledekku. Mungkin dia jealous karena aku berboncengan dengan Ilham. Kalau aku disuruh pilih, Aku juga tidak mau berboncengan dengannya, aku hanya mengkhawatirkan keselamatan orang-orang sekitar jika aku mengendarai sepeda. Mereka bisa saja celaka akibat caraku bersepeda.

Sesampainya di pantai ayunan Ombak Sunset, aku segera berlari riang, meninggalkan mereka yang harus memarkirkan sepeda. Kulihat di sisi kiri yang agak jauh dari pantai, ada tali yang menjuntai dari atas pohon yang menjorok ke pantai. Aku melompat untuk naik dan berpegang pada tali, lalu berayun dengannya. Rasanya menyenangkan.

Sementara Siska dan Riri bergantian berfoto di ayunan tengah air, aku sibuk berayun pada tali. Ilham berjalan mendekatiku, meninggalkan dua temanku yang lain.

"Bagaimana rasanya?" tanyanya tidak jelas.

"Maksudnya?" tanyaku balik masih sambil berayun-ayun dengan tali.

Finding My RingWhere stories live. Discover now