8. Bromo Mountains - 1

311 45 6
                                    

Destinasi wisata kami selanjutnya adalah mendaki Gunung Bromo. Sebenarnya, aku agak ngeri juga mau naik gunung karena ini pengalaman pertamaku. Riri dan Siska sih ahlinya. Mereka sudah bolak-balik naik-turun gunung, jadi untuk persiapan, sambil merem juga bisa mereka kerjain.

Saat ini, kami baru saja sampai di penginapan yang berada di kawasan pegunungan Tengger. Gunung Bromo adalah salah satu puncak gunung di pegunungan Tengger. Tengger ini selain merupakan nama kawasan pegunungan, juga menjadi nama suku yang tinggal di sana. Menurut sejarah, suku Tengger merupakan sisa penduduk Kerajaan Majapahit pada zaman dulu yang menolak agama Islam. Penyebaran agama Islam di Pulau Jawa melalui Wali Songo, pada saat itu juga sampai ke Kerajaan Majapahit. Sebagian penduduk Majapahit yang tidak mau masuk Islam, memilih pergi ke tempat lain. Tempat mengungsi mereka ada dua, sebagian di kawasan pegunungan Tengger dan menjadi suku Tengger dan sebagian lainnya menyebrang ke Pulau Bali, beradaptasi menjadi penduduk Bali. Itu penjelasan yang aku dengar dari Ilham, saat mobil sewaan yang mengantar kami dari Bandara Djuanda Surabaya sampai ke penginapan ini.

Cuaca Malang hari ini sama dengan cuaca di Bandung kemarin, cerah agak berawan. Cuaca yang pas untuk jalan-jalan. Sementara Siska dan Riri rebahan di kamar, aku memilih untuk keluar dan berjalan-jalan sendirian.

Penginapan yang kami tempati memiliki area yang luas dan berada di ketinggian. Hal pertama yang kulakukan adalah menghirup udara sejuk pegunungan. Kebetulan penginapan ini hanya berjarak kurang dari 10 km dari tempat kami akan mendaki.

Aku menyusuri jalan setapak yang dibuat di dalam penginapan, sambil melihat-lihat sekeliling. Ada taman beserta gazebo untuk sekadar duduk-duduk dan bersantai.

Karena tertutup tanaman merambat, aku tidak sadar kalau ada orang yang duduk di bawah gazebo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena tertutup tanaman merambat, aku tidak sadar kalau ada orang yang duduk di bawah gazebo. Saat sudah dekat, aku melihat Ilham sedang duduk bersandar, pandangannya jauh, melihat ke arah pegunungan. Entah apa yang sedang dia pikirkan, yang jelas, tatapan itu seperti tatapan seseorang yang pernah kehilangan.

Karena tidak ingin mengganggu, kuputuskan untuk berbalik dan pergi dari tempat itu tanpa ketahuan. Sialnya, saat berbalik, kakiku menginjak daun kering. Bunyi kresek daun kering yang terinjak mengalihkan perhatian Ilham dari pemandangan gunung nun jauh di sana.

Aku terdiam dengan cengiran kuda, merasa canggung seperti tertangkap basah sedang mengintip orang mandi.

"Ma-maaf... Aku nggak bermaksud ganggu. Silakan dilanjut, aku mau balik ke kamar dulu," ucapku terbata sambil buru-buru kabur dari tempat itu.

"Tunggu!" panggilnya.

Langkahku terhenti. Pelan aku berbalik kembali menghadap ke arahnya. Jangan bilang dia marah karena aku mengganggu keasyikannya melamun.

"Kita makan malam jam tujuh sampai jam sembilan. Setelah makan, Saya akan memberikan breafing singkat tentang prosedur naik gunung besok Subuh. Tolong beritahu teman-temanmu," katanya tanpa ekspresi.

Finding My RingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang