9. Bromo Mountains - 2

278 43 2
                                    

Matahari muncul malu-malu dari ufuk timur

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Matahari muncul malu-malu dari ufuk timur. Semburatnya memanjakan mata. Indah mempesona. Tak habis-habisnya aku mengagumi ciptaan-Nya. Walau akhirnya matahari semakin tinggi dan menampakkan eksistensinya sebagai pemberi cahaya di muka bumi, aku tetap setia memandangnya.

"Udahan woy mandanginnya, meleleh tuh mata ntar," tegur Siska, meledekku. Padahal, dia yang paling semangat saat kami sampai di puncak dan menunggu matahari terbit.

"Sewot aja lo. Lo tuh yang dari tadi nggak kedip barang sedetik pun. Sampe ngeri gue, takut loncat tuh bola mata," balasku tidak terima.

Siska tertawa sambil merangkul pundakku. "Udah yuk turun, laper nih..."

"Laper, laper. Udah makan mie rebus aja lu dua mangkok tadi sebelum naik, belum ada sejam udah laper lagi," kata Riri yang tidak habis pikir dengan napsu makan Siska yang besar tapi tidak tampak perubahan berarti pada tubuhnya.

"Lu tuh mau makan sebanyak apapun juga percuma, Sis. Usus lu yang panjang itu nggak menyerap makanan kayaknya, jadi nggak ada yang jadi di body lu. Dari pada makanan lu abisin dua tiga porsi, mending sedekahin deh, kasih makan anak yatim, lebih berfaedah," tambah Riri.

Siska memajukan bibirnya tidak terima. "Ya, tapi kan gue laper, Ri. Kalau laper ya gue makan, dong."

Aku tertawa melihat interaksi Siska dan Riri. Dua temanku ini memang jarang akur, tapi mereka sering sehati sepemikiran. Selain itu, walau sudah saling memaki, sebentar juga mereka baik lagi dan tidak pernah memasukkan dalam hati perkataan sekasar apapun. Saat ingin menimpali perkataan Siska, Ilham datang.

"Girls, kalian masih mau di sini atau kita turun sekarang untuk sarapan?" tanya Ilham pada kami bertiga.

Mendengar kata sarapan, mata Siska berbinar-binar. "Ayok, kita segera turun aja," ajaknya sambil menarik-narik lenganku.

Mau tidak mau aku mengikuti ajakan Siska. Riri juga mengekor di belakang kami bersama Ilham.

Berbeda dengan waktu naik gunung tadi, yang rasanya tidak sampai-sampai. Saat turun, tidak lama kami sudah sampai di tempat awal kami di turunkan oleh mobil Jeep sewaan. Selain kami, ternyata banyak juga para pendaki gunung yang ikut turun. Sampai di bawah, mereka sibuk mengabadikan momen dengan latar belakang gunung dan mobil Jeep yang terlihat keren.

Siska tidak mau kalah, dia menarikku dan Riri untuk foto di depan mobil Jeep. Dia juga memaksa Ilham untuk ikut berfoto bersama kami. Katanya sih, untuk calon foto profil akun media sosialnya. Tapi, dari yang kulihat, sepertinya ada modus terselubung karena Siska bersikeras ingin Ilham berdiri dekat di sampingnya saat berfoto. Terserahlah, aku tidak peduli, asal Siska senang saja. Riri sepertinya juga sependapat denganku, dia menuruti saja apa yang diminta oleh Siska.

Setelah puas berfoto, kami mampir di salah satu tenda penjual makanan. Siska yang seperti orang kelaparan tidak makan sebulan, langsung memesan dua porsi nasi jagung beserta lauk pauk pelengkapnya.

Finding My RingWhere stories live. Discover now