Aku tak bergeming, dia benar.
Aku arwah sekarang.

Bagaimana aku bisa melupakan hal itu?

"Ah iya, aku belum terbiasa," aku menunduk lemas. Dia memegang lengan ku, tangan nya dingin, "ada aku, tenang saja."

Aku tersenyum, tapi tidak lagi ketika aku menangkap suara yang aku kenal serasa menusuk ku sangat dalam. Begitu dalam hingga rasanya dada ku sesak.

"Soo-ya, ini Taehyung, kau mendengar ku? Aku disini, bersama mu sekarang, tolong bangunlah, kau tidak mau membuat ku menunggu bukan?"

Aku mendekat. Ingin memegang pundak Taehyung tapi tidak bisa, tangan ku hanya menembus nya sia-sia. Aku melihat wajah kusut nya dari samping, dia terlihat kacau. Rambut berantakan, mata bengkak dan lingkaran hitam terlihat sempurna disana. Aku menelan ludah perih.

"Maafkan aku, nee? Aku akan menjambak Tzuyu nanti, dia benar-benar jahat, tapi bangunlah dulu, apa kau akan membiarkan ku menjambak nya sendiri? Tzuyu itu gadis yang kuat."

Bisiknya, tapi aku bisa mendengar. Aku menggeleng. Sedikit kesal saat dia menyebut nama Tzuyu. Kulihat Minhee duduk di jendela pojok ruangan.

"Aku akan membelikan mu ice cream coklat nanti kalau kau bangun, mau ya?"

Aku ingin menangis, tapi tidak bisa. Ingin rasanya aku berteriak, 'aku disini! Disamping mu!'. Tapi aku tau itu akan percuma, sia-sia. Kulihat dia memegang tangan ku, tersenyum getir.

"Bangunlah, Soo. Jangan tinggalkan aku, tolong."

Aku tidak akan pernah meninggalkan mu, tidak. Aku menangis. Aku merasa tidak berguna, hanya menonton, tanpa bisa melakukan apa-apa.

Kulihat satu persatu masuk ke ruangan. Jennie, Lisa, Chaeyoung, aku merindukan mereka. Aku berlari kecil, menghampiri mereka. Ingin memeluk, tapi sekali lagi, tangan ku hanya menembus tubuh mereka. Beberapa kali aku memanggil nama mereka. Tapi mereka hanya diam, sesekali menyentuh tengkuk mereka tak nyaman.

Bodoh.

Aku tau aku benar-benar bodoh. Aku jatuh terduduk, menutup wajahku dengan telapak tangan. Minhee menepuk pundak ku, menenangkan.

"Soo, aku akan mengatakan sesuatu padamu, tapi kau harus bangun setelah itu, ya?"

Aku mempertajam pendengaran ku, aku tidak berani menatapnya lagi.
It's really painful for me.

Lama lenggang. Hingga satu kata yang ku dengar membuat ku ingin berteriak.

"Saranghae."

Why so sick?
Aku bahagia dan sakit disaat yang bersamaan. Bahagia karena dia mengatakan kata itu, namun sakit juga karena kata itu terucap disaat yang tidak tepat.

"kenapa kau belum bangun? Tolong bangun, untukku, aku mohon, jika kau marah padaku, setidaknya bangunlah untuk Chaeyoung, dia benar-benar kawatir padamu, apa kau tau lima jam terakhir dia terus menangis? Memohon agar kau bangun? Jika kau belum bangun juga, aku akan menyiram mu dengan air nanti, aku tidak akan membelikan mu ice cream lagi!"

Aku tertawa hambar, dia masih bisa bercanda di saat seperti ini. Aku mendongak, menatap Chaeyoung. Gadis itu lebih parah dari Taehyung, wajahnya pucat pasi, mata dan hidung nya merah, lingkaran hitam terlihat di bawah matanya. Itu semua, karena aku, bukan?

"Tolong bangun, aku mohon."

Aku menggenggam lengan Minhee, menatapnya, aku tidak kuat lagi disini, "bawa aku pergi dari sini," ucapku parau.

Minhee nampak bingung, tapi dia mengangguk. Dia menggenggam tanganku, seketika aku merasa aku tersedot ke belakang. Aku tidak yakin, tapi apakah Minhee baru saja melakukan teleportasi? Karena kami sekarang berada di Jembatan Banpo. Tempat favorit ku.

"Apa kau baru saja melakukan teleportasi?" tanyaku. Minhee mengangkat bahu, "menurutmu?" Aku tersenyum tipis, "keren!"

Dia terkekeh, "aku kira ini malah nampak aneh, karena di dunia mu teleportasi belum ada yang bisa melakukan nya bukan?" Aku mengangguk. Dia benar, aku penasaran bagaimana jika Lisa melihat teleportasi tadi,  mungkin dia akan menjerit sambil terus menyuruh Minhee untuk melakukannya terus.

Aku jadi teringat kejadian tadi saat mengingat Lisa. Kenapa bisa seperti ini? Sepasang remaja tiba-tiba berjalan mendekati kami. Aku otomatis minggir, sepasang remaja itu melewati kami. Minhee tertawa. Ah, aku lupa, sekarang aku menjadi arwah.

"Pemuda di Rumah Sakit tadi, your boyfriend, right?"

Aku kaget, setengah karena dia bisa berbahasa Inggris, setengah karena dia bertanya hal itu. Aku mengangguk saja. Dia ber-oh-oh ria.

"Dia tampan dan baik, kau beruntung mempunyai namjachingu seperti dia," ucapnya setelah 10 detik termenung. Aku bisa melihat itu, dia tampan. Sangat, jika dia mau, dia bisa mendapat ranking satu di penghargaan '100 Most Face Handsome'. Dia baik, aku tahu itu, saking baiknya, dia bahkan masih berusaha menyukai ku setelah dia amnesia.

He's perfect.

"Kata orang, arwah yang masih gentayangan berarti masih ada urusan dunia yang belum selesai ya?" aku mengganti topik percakapan. Minhee nampak berpikir sebentar, lalu mengangguk.

"Sebenarnya ada yang ingin kulakukan tapi aku tidak akan pernah bisa melakukannya," satu-dua orang menembus tubuh kami. Aku masih belum terbiasa, terkadang aku menggeser badanku lima senti, atau menatap ngeri orang-orang yang menembus badanku, lalu dibalas tawa dari Minhee.

"Apa itu?" Aku bertanya setelah orang itu pergi. Minhee diam sesaat, sebelum akhirnya mengeluarkan sesuatu dari saku nya. Itu cincin.

"Dua tahun lalu, Aku mencintai seseorang, ingin memberi nya hadiah dengan cincin ini, tapi aku mengalami kecelakaan parah, saat aku bangun aku sudah dalam keadaan seperti ini, dan aku akhirnya tau kalau aku sudah tiada. Aku sempat terpukul sampai aku bisa menerima kenyataan itu.

Hantu bisa terpukul juga ternyata. Pikir Jisoo.

Disisi lain Jisoo merasa kasihan kepada Minhee. Pantas saja namja itu berpenampilan elegan, ternyata dia mau memberi pujaan hatinya hadiah.

"Kalau boleh tau, dia pria atau wanita?"

Minhee menatapku sengit, "aku masih normal, pabo! Tentu saja dia wanita!" balas nya kesal. Aku tertawa—sebenarnya aku hanya bercanda tadi.

"Iya-iya, maaf. Siapa namanya?" tanyaku setelah berhasil mengontrol tawa. Minhee termenung, sebelum akhirnya dia menyebut nama yang tidak pernah aku sangka.







"Choi Tzuyu."

Surprise.

[]

Are you miss me?🌚
I hope you like this chapter guys♡

Big thanks for all readers, i love you 3000 <3

-Wind


✩°-αƭ ƭɦ૨εε-°✩ [VSOO] Where stories live. Discover now