That Girl.

1.5K 283 10
                                    

Let's make rules※
»Many Vote for the next Chapter!
»Do not just comment "Next"! Not applied here!
»My story, my rule. Right?

At Three

Tunggu. Apa namja Lee itu baru saja mengutarakan perasaan nya? Jisoo masih diam di tempat. Ucapan Lee Taeyong benar-benar membuat gadis itu tak berkutik, kehabisan kata-kata untuk merespon ucapannya.

Well, gadis itu bingung harus melakukan apa. Jika ia menolak Taeyong, dengan alasan apa? Haruskah ia beralasan masih mengharapkan Kim Taehyung? Oke. Itu memalukan.

Lagipula, jika Jisoo menolak Taeyong, itu tidak akan merubah segalanya. Seperti jika lelaki itu tiba-tiba berkata bahwa dia membatalkan tunangan. Jisoo pikir tidak mungkin namja bermarga Lee itu melakukannya, mungkin karena tidak enak hati, atau alasan lain mungkin?

"Jika aku menolak mu bagaimana?"

Jisoo mencoba bertanya. Taeyong tidak mengalihkan fokusnya sama sekali dari Haejin, namun namja itu tetap tersenyum simpul, "jika kau menolak ku, aku akan membuat mu menerima ku kembali."

Oke. Jisoo hampir tertawa. Bukan apa-apa, tapi jawaban Taeyong terdengar lucu di telinga gadis itu.

"Menerima kembali? Astaga, apa itu?" Akhirnya tawa gadis itu meledak. Tidak sampai terjungkal, namun sukses membuat lelaki di sampingnya terpaku. Seakan tawa gadis itu berhasil menghipnotis nya. Hingga kesadaran namja itu pulih, Jisoo masih tertawa.

"Mungkin, seperti membuat mu jatuh cinta kepada ku," jawab Taeyong enteng. Membuat gadis itu langsung menghentikan tawa nya, menatap namja itu yang masih disibukkan dengan membersihkan mulut Haejin.

"Itu tidak akan mungkin," ucap gadis itu sambil memukul pelan lengan Taeyong. Sekali lagi namja itu tersenyum, menatap Kim Jisoo yang tengah merapikan rambutnya dengan jari tangan.

"Aku tau, karna seluruh tempat di hatimu telah ditempati oleh Taehyung, jadi tidak mungkin aku bisa merebutnya kan?" Taeyong tertawa renyah.

"Hyung, kata Jisoo noona, kita tidak boleh mendekati orang bernama Taehyung, karena dia berbahaya," potong Haejin tiba-tiba.

Taeyong mendesis lagi, "hyung kan sudah bilang, kalau ada orang yang lebih tua ngomong, gak boleh dipotong, Haejin-ah."

"Kenapa? Haejin gak potong kok, cuma ikut bicara aja. Iya kan, Jisoo noona?" Haejin menatap Jisoo yang tersenyum lebar, dan mengangguk kecil.

"Jisoo noona baik. Tidak seperti Taeyong hyung. Nanti kalau Haejin sudah besar, Haejin mau menikah sama Jisoo noona saja."

Sontak saja, omongan adik kecil nya itu membuat Taeyong mendelik kaget. Jika ia lupa kalau di depannya adalah anak laki-laki berusia 5 tahun, mungkin saja satu jitakan mulus mendarat di kepalanya. Berusaha untuk tersenyum dan mengambil nafas sebanyak-banyaknya, menahan rasa kesal agar tidak menjalar ke urat, sedangkan Kim Jisoo hampir saja tertawa lagi karena ulah Haejin.

"Iya, kalo nanti Haejin sudah besar nee," ucap gadis itu dibarengi tawa kecil. Haejin mengangguk mantap dan memakan permen nya lagi.

Taeyong menatap Jisoo reflek, gadis itu tersenyum. Senyum yang manis, jarang ia tunjukkan. Padahal dia sendiri tau, gadis itu memiliki beban di pundaknya. Sedikit berpikir atas ucapan nya tadi, Taeyong mengaku dalam hati kalau dia seperti menambah beban Jisoo. Tapi ya, jika ia tidak bertanya, sampai kapan hubungannya didasari oleh perasaan kalbu terus menerus?

✩°-αƭ ƭɦ૨εε-°✩ [VSOO] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang