Chapter 20 End : Ini Saatnya!

7.7K 318 15
                                    

Hilmy pergi menemui Hana di kelas, dia ingin meminta maaf atas segalanya. Hilmy tidak akan melepaskan cewek itu lagi, dia akan menemui cintanya. Sekalian membawanya menuju kehidupan yang lebih serius. Hilmy tahu ini kesalahan yang fatal, dia sendiri yang menyuruh Hana untuk menjauh, menghindar walaupun dia tahu sendiri bagaimana perasaan Hana.

Mereka sama-sama terluka. Mereka sama-sama mencintai.

"Gilang, Hana mana?" Hilmy bertanya ketika tidak mendapati cewek itu. Di area sekolah Hana tidak terlihat sama sekali.

Gilang yang baru saja memakai bedak melengos tidak peduli. Mungkin sedikit kurang ajar. Namun Gilang ingin memberikan pelajaran kepada gurunya itu karena telah melukai perasaan sahabatnya.

"Gilang, Hana kemana? Dia datang ke sekolah, kan?"

"Ngapain Bapak nyari dia? Bukannya besok lusa Bapak itu mau nikah?" Gilang menjawab judes, malahan dia asyik memoles lipstik di bibirnya.

Hilmy mengiba. Tampak wajahnya sedikit kacau. Sejak semalam Hilmy berusaha menghubungi cewek itu, tetapi sambungan telepon tidak pernah tersambung. Dia juga berulang kali mengirimkan pesan kepadanya. Pesan yang berisi permohonan maaf. Dibubuhi sedikit kata cinta.

"Saya mohon, Lang."

"Dia udah nggak sekolah di sini, Pak. Hana pindah ke Bogor! Kemarin dia minta izin sama Pak Naim, dan hari ini dia itu mau berangkat." Gilang tersenyum licik. Berbohong sedikit tidak apa-apa, kan?

"Pindah?"

"Iya. Hana sakit hati, Pak!"

"Kenapa dia yang pindah?" Hilmy menarik kasar rambutnya. Padahal Hana yang mati-matian membujuk kemarin, mengatakan banyak hal agar dia tidak pindah tugas.

"Kenapa, Pak? Bapak nyesel?"

Hilmy menunduk dalam. "Hana...."

"Nggak usah nyariin dia lagi, Hana udah bahagia di Bogor. Bisa cari cowok lain juga."

"Tapi ... dia...."

"Udahlah, Pak! Saya mau make up dulu. Bapak yang tabah aja menerima semuanya."

Hilmy hampa. Terluka. Semua rasa sakit menghampirinya. Hatinya kembali rapuh setelah dikuatkan oleh Hana.

Hilmy tidak akan kalah. Dia akan menyusul Hana ke Bogor, membawanya pulang dan bersekolah di Jakarta kembali. Walaupun dengan pemaksaan, Hilmy akan melakukannya.

Ketika di depan gerbang, Hilmy membulatkan matanya. Cewek yang sudah menjungkir balikkan dunianya berdiri dengan wajah yang datar.

"Hana?" Hilmy bernapas lega.

"Pak...."

Hilmy langsung menghambur ke pelukan cewek itu, mendekapnya dengan erat. Menangis sebagai bentuk kebahagian karena masih diberi kesempatan untuk bertemu.

"Jangan ninggalin saya, Hana...."

Hana mengernyit. Diam-diam dia tersenyum simpul.

"Kenapa kamu pindah? Perasaan kamu yang larang saya buat pindah tugas. Kenapa jadi kamu yang pindah? Mau balas dendam?"

"Maksud Bapak apa, sih?"

Hilmy masih memeluk erat, enggan untuk melepaskan. "Jangan panggil saya kek gitu...."

"Lho?"

"Panggil saya Mas...."

Sekarang Hana tidak mengerti, Hilmy sangat plinplan. Terkadang menyuruhnya menjauh, lalu kenapa beda lagi?

Oh... Teacher! [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang