Chapter 5 : Isi Hati

4.4K 321 21
                                    


Sekolah SMA 20 mengadakan lomba untuk memperingati hari kemerdekaan. Banyak murid yang antusias kali ini. Mereka semua berkobar untuk menaklukkan rintangan. Lombanya beragam. Ada lomba makan kerupuk—salah satu lomba yang ditunggu-tunggu, memindahkan paku ke botol dan lainnya.

Kelas Mia 2 sudah menunjuk perwakilan mereka. Si bendahara kelas dan teman bangkunya. Hana sama sekali tidak keberatan karena dia suka tantangan, begitupun juga dengan Gilang. Keduanya mumpuni dalam segala hal.

"Kamu mau ambil lomba apa?" Gilang bertanya sambil memperbaiki tatanan rambutnya.

"Aku mau nyanyi aja, deh!"

"Setuju! Suara kamu kan merdu. Tapi ... kenapa nggak ambil yang lain?"

Hana nyengir, matanya memindai ke bawah lapangan. Di sana guru tercintanya sedang mengobrol dengan guru lain.

"Aku mau nyanyi khusus untuk Pak Hilmy. Biar dia tahu kalau aku cinta banget sama dia."

"Ah, bener! Kamu harus tunjukin kalau cinta kamu nggak main-main. Aku yakin kalau suatu saat nanti Pak Hilmy akan meleleh."

Hana mencubit pipi Gilang. Tidak ada teman terbaik selain cowok itu, satu-satunya yang selalu mendukung langkahnya. Bahkan ketika Hana melakukan kesalahan, Gilang pasti datang memberi semangat. Biasanya dia akan mengajak Hana makan di kantin, gratis. Dibayarin.

Speaker sekolah berbunyi menyampaikan sebuah informasi. Lomba makan kerupuk akan segera dimulai. Hana dan teman kelasnya langsung turun ke lapangan. Untuk lomba itu Gilang yang akan mengeluarkan jurusnya.

"Gilang, jangan sampai kalah!" Hana bertepuk tangan meriah.

Gilang melebarkan senyumnya, memeriksa tampilannya terlebih dahulu sebelum melakukan hal yang gila. Untuk memenangkan sebuah lomba, Gilang akan berusaha ekstra. Walaupun harus mengorbankan bibir merahnya jika terkena remahan kerupuk. Gilang memang suka memakai lipstik.

"Gilang, saya percaya sama kamu. Kamu pasti bisa." Hilmy berkata mantap. Sebagai seorang wali kelas, dia harus memberikan semangat pada anak muridnya.

"Mas...." Hana berbisik, matanya mengerjap imut.

"Apa?"

"Setelah lomba makan kerupuk ... setelahnya lomba nyanyi, kan?"

Hilmy mengangguk.

"Saya yang nyanyi loh, Mas...."

"Emang kamu bisa nyanyi?"

Hana menunduk malu-malu, menyenggol siku Hilmy. Kadang Hana bisa berbuat seperti itu untuk menarik perhatian. Tetapi Hilmy tidak akan termakan jebakan, tabiat seorang Hana sudah tersimpan rapi di otaknya.

"Mas, dengerin saya nyanyi, ya...."

"Iya."

"Soalnya lagu itu buat Mas. Nggak apa-apa, kan?"

"Emang saya bisa apa? Kamu kan orangnya pemaksa." Hilmy menyindir halus. Hana terkikik mendengarnya.

Tidak ada hal yang bisa membuat Hana tersinggung akan ucapan Hilmy, selama itu benar. Hana malah senang jika Hilmy menegurnya, itu artinya kelakuan nakalnya mendapat perhatian. Walau ujung-ujungnya mendapat hukuman.

“Mas….”

“Apa lagi?”

“Saya sayang sama, Mas….”

Hilmy merasakan darahnya berdesir aneh lagi. Jantungnya memompa dengan cepat. Hilmy peka mengapa reaksi tubuhnya seperti itu. Tidak ada bedanya ketika sedang jatuh cinta. Rasanya sama.

Oh... Teacher! [✓]Where stories live. Discover now