Chapter 14 : Mencintai dan Melupakan

3.7K 264 1
                                    

Hilmy tidak menyangka jika rasa risi itu akan berubah jadi rasa nyaman. Perasaan damai muncul di hatinya jika Hana tersenyum padanya. Mungkin sebentar lagi kondisi akan berubah terbalik. Hilmy yang akan bergantung kepada cewek itu sekarang.

Sore ini Clara mengajaknya bertemu. Di hotel. Kekasihnya itu tidak sedang berminat untuk kemana-mana, makanya Hilmy yang menemui.

“Tumben kamu pake parfum kek gini….” Hilmy mengecek barang Clara yang ada di meja. Botol parfum menjadi sasarannya. “Lagian … ini kan buat cowok.”

Clara tersenyum kikuk. Dia baru saja selesai dari acara pemotretan, pakaian minim masih melekat di tubuhnya yang ramping. Sejujurnya Hilmy risi melihat Clara berbalut pakaian seperti itu. Pahanya terekspos kemana-mana, bahunya pun demikian.

“Parfum itu punya teman aku.”

“Cowok?”

“Iya.”

Hilmy mulai curiga. “Teman kamu ke sini? Kalian berdua?”

“Nggak, kok. Kami bertiga, teman aku bawa pacarnya ke sini.”

“Ingat, dua minggu lagi kita akan nikah.”

Mata Clara bergerak gelisah. “I-iya….”

“Setiap kali aku bahas pernikahan, kamu kelihatannya gelisah. Kamu kayak nyembunyiin sesuatu sama aku.”

Clara menggeleng kencang, dia tertawa hambar. Tangannya bertengger di leher Hilmy, mencoba untuk merayu.

“Aku … nggak apa-apa.”

Hilmy menepis tangan itu, dia agak geli. Pakaian Clara juga sangat merusak pemandangan.

“Kamu ganti baju, ini udah mau malam. Pake pakaian yang sedikit tertutup.”

Clara menghembuskan napasnya gusar, tanpa tahu malu dia melepaskan pakaiannya begitu saja, di depan Hilmy—hanya menyisakan pakaian dalam. Hilmy spontan berbalik arah, entah mengapa dia mulai jijik akan tingakh Clara yang tidak punya sopan santun itu.

“Kamu nggak bisa buka baju sembarangan, aku masih ada di sini.”

“Kenapa? Kamu kan tunangan aku.”

“Tapi kita belum nikah!”

Clara mengedikkan bahunya, kurang peduli dengan reaksi Hilmy. Bagi Clara, itu sudah biasa. Dia adalah seorang model, pakaian minim sudah jadi style-nya.

“Hilmy, coba lihat aku.”

“Nggak! Kamu pake baju dulu!”

“Kamu kenapa, sih? Kamu jijik lihat aku, ya?”

Ingin rasanya Hilmy berteriak kencang. Clara makin kesini makin menjadi. Dulunya Clara tidak begitu ketika namanya belum dikenal banyak orang. Itu juga yang menjadi alasan mengapa Hilmy memilihnya. Dan ditambah sebagai pelampiasan.

“Kamu pake bajunya!”

“Nggak! Kamu lihat ke sini dulu!”

“Clara!” Hilmy mulai emosi.

“Kamu aneh, deh! Selama kita pacaran sampai tunangan kamu nggak pernah nyium aku!”

“Hah?”

“Aku yang harus bergerak lebih dulu! Itu pun aku cuma boleh nyium pipi kamu! Kenapa? Kamu nggak mau ngasih first kiss kamu sama aku?”

Hilmy mendesis. Alasan terbesarnya adalah karena dia belum menemukan debaran itu. Makanya dia belum bisa memberikan ciuman pertamanya.

“Aku mau pulang.”

Oh... Teacher! [✓]Where stories live. Discover now