Chapter 8 : Syarat

4K 282 4
                                    

Hana masih sakit hati atas perlakuan Arya kepadanya dulu, makanya setiap kali melihat Arya amarahnya tiba-tiba bertamu. Padahal dulunya mereka cukup dekat, menghabiskan waktu bersama. Dua tahun mereka menjalin kasih. Memang, Hana saat itu masih bau kencur dan terlalu dini untuk mengenal cinta. Namun itulah kebenarannya. Cinta datang begitu saja.

Tapi siapa sangka? Cinta itu sekarang berubah jadi benci. Hana tidak mau lagi terjebak ke dalam lubang yang sama. Dia tidak akan lagi memberikan kesempatan yang sudah melewati batasnya itu. Tiga kali dia diselingkuhi. Bodoh sekali.

Sekarang Hana ingin mencoba hal yang baru. Bukan mencoba lagi namanya tapi sudah termakan cinta. Hana tidak main-main akan perasaannya terhadap Hilmy, walau gurunya itu sudah mempunyai kekasih. Tapi apa peduli Hana? Selama janur kuning belum melengkung dia akan menghujani cowok itu dengan cinta.

“Kamu tahu, nggak? Arya sakit.” Gilang berbisik pelan. Matanya fokus memindai pergerakan Hilmy yang sedang menjelaskan.

“Sakit?”

“Aku denger dari kelas sebelah. Katanya dia dipulangin karena demam.”

“Kemarin dia memang agak kurang sehat.”

Gilang terkikik. “Kamu masih peduli?”

“Bukannya gitu. Tapi aku kasihan sebagai mantan aja. Aku kan manusia, punya perasaan.”

“Aku pikir kamu bukan manusia.”

Hana melirik tajam. “Maksud kamu apa, sih? Kalau aku bukan manusia, lalu aku apa? Hantu?”

“Jangan marah, dong. Abisnya … kamu spesial. Nggak ada yang bisa nyaingin kamu.”

Hana tidak menjawab lagi. Lebih baik dia memandangi keindahan dunia. Melihat bagaimana Hilmy menjelaskan pelajarannya dengan baik. Bagaimana mulutnya bergerak lalu mengeluarkan suara yang tidak akan pernah Hana mengerti. Hilmy jika sedang mengajar kadang memakai bahasa inggris.

“Hana, Gilang. Kalian berdua maju ke depan!” Hilmy berseru.

“Kenapa, Ma … Pak?”

“Mapak? Panggilan apa itu?”

Hana nyengir. Tadinya dia ingin memanggil dengan sebuatan ‘mas’, tapi dia menyadari jika tempatnya kurang mendukung.

“Maaf, Pak. Saya nggak bermaksud apa-apa.”

“Ya sudah, kalian berdua maju ke depan. Dari tadi saya perhatikan kalian ngegosip mulu!”

Dengan berat hati Hana dan Gilang maju ke depan. Gilang cukup mengerti akan pelajaran itu, tapi untuk Hana? Dia masih buta arah.

“Kalian buat percakapan mengenai pekerjaan. Dimulai dari Gilang dulu, setelahnya kamu jawab, Hana.”

Gilang menghela napas lega, setidaknya itu cukup mudah. Bertanya mengenai pekerjaan siapa yang tidak bisa?

Hi, Hana. How are you?” Gilang memulai percakapan.

Hana mengerjap, menyuruh otaknya untuk bekerja ekstra. Hana pernah mendengar ini sebelumnya, dijawab dengan kalimat yang sederhana.

I’m fine. And you?” Hana ingin tertawa.

Fine.”

Hana menelan ludah gugup, melirik ke arah Hilmy.

“Hm … where are you from?” ucap Hana ragu. Dia takut jika salah kata.

I’m from Indonesia.”

Tiba-tiba Hana mendapatkan ilham, sebuah ide yang sangat cemerlang. Dia menepuk bahu Gilang sembari tersenyum lebar. Gilang melongo akan tingkah yang diperbuat Hana.

Oh... Teacher! [✓]Where stories live. Discover now