Chapter 7 : Perjuangan

4.1K 276 10
                                    

Mungkin Hana bisa memecahkan rekor sebagai murid ternakal dan murid yang paling sering mendapat hukuman. Setiap hari ada saja tingkahnya yang mengundang amarah. Hanya Hilmy saja yang betah akan sifat badung cewek manis itu. Tak jarang dia mendapat pujian dari guru lain karena kesabarannya yang kuat.

“Kamu ngapain nulis nama saya di kertas ulangan kamu?” Hilmy menodong Hana tepat di depan gerbang, tatapannya mengadili kemudian memperlihatkan kertas ulangan Hana yang menjadi bahan permasalahan.

“Kok bisa?” Hana membulatkan matanya. Dia juga tidak menyadari apa yang telah dilakukannya.

Semuanya karena efek rasa rindu. Sebelum melaksanakan ulangan, Hana terus memikirkan Hilmy. Gurunya itu terus membayanginya, menari-nari di dalam otaknya. Hana mencandu bukan main. Rasanya dia mau gila.

“Hana, saya ingetin sama kamu. Tolong, jangan buat masalah lagi. Kamu tanggungjawab saya, ujung-ujungnya saya juga yang kena masalah. Kalau kamu beneran sayang, seharusnya kamu bisa jadi cewek yang baik. Yang kalem misalnya….”

“Maunya gitu, Mas. Tapi saya nggak sanggup. Mulut saya nggak bisa berhenti ngomong, tubuh saya nggak bisa cuma diem aja.”

“Sehari aja….”

“Nggak bisa, Mas….”

Hilmy mencari ide untuk menaklukkan muridnya itu. Setidaknya dia bisa tenang dalam sehari tanpa kekacauan yang dibuat Hana, belum lagi dengan rayuan gombalnya yang sukses membuatnya panas dingin.

“Kamu terlalu hyper.”

Hana cengengesan. “Makasih, Mas….”

“Saya nggak lagi muji kamu.”

“Apa pun itu saya tetap berterima kasih.”

Hilmy melirik sekitar, beberapa murid sudah memperhatikan mereka. Gosip tentang Hana yang berusaha mencuri hati sang guru idola masih jadi berita utama. Sebagian dari mereka ada yang mendukung dan sebagian ada yang mengolok kelakuan Hana. Namun semua itu hanyalah angin lalu bagi Hana, dia tidak terlalu peduli.

“Mending sekarang kamu masuk ke kelas.”

“Kan tadinya saya memang mau masuk, Masnya aja yang halangin saya….”

“Terserah, deh! Tapi pastinya kamu dapat hukuman.”

“Beneran, Mas?” Mata Hana berbinar bahagia. Melompat senang.

“Kamu dapat hukuman, bukannya hadiah.”

“Tapi saya senang dapat hukuman, Mas. Kalau saya jatuh atau pingsan Mas pasti peduli, kan?”

Hilmy gregetan di tempatnya.

“Hukamannya yang berat ya, Mas….”

“Kamu aneh banget tahu, nggak?!”

“Dari dulu saya emang aneh, Mas. Bahkan kakak ipar saya agak dongkol kalau saya mampir ke rumahnya.” Hana mencebik.

“Dengar ini, hukuman kamu nggak akan berat. Mudah banget.”

“Apa itu, Mas?”

Hilmy tersenyum licik, Hana pasti akan kapok akan hukuman kali ini.

“Hana….”

“Iya?”

“Hukuman kamu itu hapalin kata kerja bahasa inggris. Seratus kata!”

“Hah?”

***

Hana berteriak tidak jelas di kelas, memutari setiap sudut kelas karena dia sedang menanggung beban yang cukup besar. Hana tidak ahli berbahasa inggris, sama sekali dia tidak suka pelajaran itu. Kepalanya pusing sekali. Beda halnya dengan matematika, Hana cukup bisa dengan pelajaran yang satu itu, walaupun tidak profesional.

Oh... Teacher! [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang