Chapter 11 : Cinta Rumit

3.7K 256 8
                                    

Untuk pertama kalinya Hana bisa merasakan bagaimana rasanya satu mobil dengan Hilmy. Hatinya bersorak gembira, matanya memancarkan kebahagiaan, senyumnya tidak luntur. Fokus terarah kepada Hilmy seorang, memandangi dengan segala kekaguman yang berlebihan.

“Ngapain lihatin saya mulu?” Hilmy melirik sekilas lalu kembali fokus pada jalanan.

“Kok Mas bisa ganteng banget, sih? Makan apa?”

“Kamu ngegombal lagi?”

“Kan saya cinta, Mas.”

“Saya nggak enak.”

“Nanti juga terbiasa sama gombalan saya. Lagian saya kan jujur, Mas emang ganteng banget.” Hana mencondongkan tubuhnya, tanpa permisi jemarinya menyentuh pipi itu lembut. “Mas kok punya jerawat? Kemarin lalu nggak ada. Jangan-jangan … jerawat cinta!”

“Kamu apa-apaan, sih?”

Hana masih asyik memandangi tanpa tahu malu. Sesekali dia cekikan karena pipi Hilmy mulai bersemu merah. Hana makin jahil untuk mengucapkan rayuan manisnya.

“Mas….”

“Apa?”

“Waktu saya pingsan, Mas khawatir, nggak?”

Jangan ditanya lagi. Hilmy hampir melupakan cara untuk bernapas. Sekujur tubuhnya mendadak mati. Air matanya juga hampir mengalir karena rasa cemas yang berlebihan. Hilmy kalut. Hana sukses membuatnya tidak menapak lagi.

“Saya cemas.”

“Beneran, Mas?” Hana kegirangan.

“Iya.”

Hana bertepuk tangan heboh. “Kalau gitu saya mau sakit aja, deh! Biar Mas khawatir terus sama saya.”

“Awas aja kalau kamu kek gitu lagi! Saya nggak akan segan buat ngasih kamu hukuman.”

“Malahan saya suka hukuman, Mas.”

Sampai kapan pun Hilmy tidak akan pernah menang dari Hana. Muridnya itu selalu mempunyai jawaban atas perkataannya. Hana bukan sembarang murid yang dengan mudah dijinakkan, Hana itu bebal, melebihi batas normal.

“Hana….”

“Iya, Mas?”

“Kamu pingsan kenapa?”

Hana nyengir, sebelum menjawab dia menyuruh gurunya untuk menepi. Hana akan berceloteh panjang dan itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Hana tidak mau jika Hilmy tidak mendengarkan dengan baik, mengobrol sambil berkendara juga berbahaya.

“Nah, sekarang jelasin kenapa kamu bisa pingsan.” Hilmy menatap tajam.

“Jadi … saya itu nggak tidur semalaman, saya juga nggak makan.”

Mendengar itu Hilmy jadi geregetan, raut wajahnya berubah tegas.

“Anu, Mas….”

“Kenapa kamu ngelakuin itu? Supaya kamu sakit? Terus dapat perhatian dari saya?”

Hana menyilangkan kedua tangannya. “Bukan, Mas. Nggak kayak gitu, saya nggak tidur sama makan karena belajar. Mas kan, kasih saya tugas buat lancar bahasa inggris dalam waktu dua bulan. Saya harus kerja keras….”

“Tapi nggak mengorbankan kesehatan kamu juga, Hana!”

“Saya cuma nggak pengen kesempatan itu hilang. Saya beneran cinta sama, Mas….”

Hilmy menarik napas dalam-dalam. Pikirannya berantakan, kusut. Sekarang dia tidak bisa mengandalkan persyaratan itu karena rasa sedih mengguncang di hati. Hilmy tidak bisa membiarkan Hana seperti itu, jika dibiarkan maka dia bisa membuat nyawa seseorang menghilang.

Oh... Teacher! [✓]Where stories live. Discover now