Chapter 18 : Akhirnya Hari itu Tiba

4.3K 274 3
                                    

Hilmy menggeleng kencang, memegang pelipisnya. Sejak kemarin Hana terus meneror, melalui media apa pun. Pesan sudah membanjiri ponsel, isinya sama, intinya sama. Hanya cara penyampaiannya saja yang berbeda. Sesekali Hana menelponnya, dan Hilmy tentunya tidak mengangkat.

Jahat?

Bukan begitu. Hilmy tidak bermaksud untuk menghiraukan pemilik hati sesungguhnya. Hilmy seperti itu agar cintanya tidak tumbuh semakin kuat. Kalau Hana tidak bisa melepasnya, maka dia yang harus menghindar.

“Kamu nggak masuk karena sakit? Aku lihat-lihat kamu baik aja, tuh!” Arthur berdecak, menggelengkan kepalanya. Saat ini dia sedang rusuh di kamar Hilmy, dia menjenguk cowok itu karena dia penasaran akan sakit yang menimpa sahabatnya.

“Aku beneran sakit, kepala aku pusing.”

“Jangan sakit, dong! Empat hari lagi kamu tuh mau nikah! Semangat dikit!”

Hilmy berguling ke sisi kanan, memunggungi Arthur yang asyik nyemil. Semalam Hilmy tidak bisa tidur karena Hana terus membayanginya. Sebentar lagi dia akan melepas orang yang dia cintai. Berat rasanya.

“Oh iya, dari tadi Hana nyariin kamu.”

“Dia baik-baik aja, kan?”

Arthur naik ke atas kasur, tidak lupa membawa cemilan. “Kamu ada apaan sih sama dia? Dari dulu kalian tuh deket banget. Kalian pacaran, ya?”

Hilmy menoleh, tampak wajahnya dirundung kesedihan teramat dalam. Arthur tanggap, manggut-manggut.

“Aku tahu sekarang, kamu cinta sama dia, kan?”

Hilmy bangkit dari tidurnya, menghela napas sesaat. “Kamu bisa jadi pendengar yang baik nggak?”

Arthur menegakkan badannya, berdeham. Dia selalu siap akan permasalahan cinta. Mimik wajahnya berubah serius.

“Kamu bicara aja, aku akan dengerin.”

“Kamu tahu, kan? Hana itu suka deketin aku, waktu lomba nyanyi dia juga bilang secara frontal. Dulunya aku risi, aku nggak suka kalau dia ngomong sembarangan. Tapi….”

“Kamu akhirnya cinta?” tandas Arthur.

“Perasaan aku sama Hana itu beda, nggak kayak Clara.”

“Hm … kamu sebenarnya cinta beneran nggak sih, sama Clara? Kalau kamu beneran cinta, nggak mungkin kamu tergoda sama rayuan cewek lain. Iya, kan?”

Hilmy tersenyum miris. Perkataan Arthur benar sekali. Awal hubungannya dengan Clara adalah karena Hilmy mencari pelampiasan. Dia sama sekali tidak mencintai Clara, mungkin hanya menyukainya, itu pun sebagai sahabat. Seharusnya Hilmy tidak mengorbankan perasaan seseorang hanya untuk kepentingan pribadinya. Lihat! Sekarang dia terkena karma.

“Arthur … selama ini aku nggak cinta sama dia. Clara hanya jadi pelampiasan karena cinta aku ditolak seseorang.”

“Jahat banget, sih!”

“Iya, aku emang jahat. Nggak seharusnya aku kayak gitu….”

“Jadi sekarang gimana? Kamu beneran suka sama Hana?”

“Bukan suka, tapi cinta. Aku cinta sama dia, melebihi rasa cinta sama mantan gebetan aku dulu.”

“Aduh … agak susah juga, ya? Kamu akan nikah, tapi kamu cintanya sama Hana. Begitupun sebaliknya, Hana juga cinta sama kamu. Aku ikut bingung, Hilmy.” Arthur memasukkan cemilan ke dalam mulutnya lagi, dia tidak bisa membantu karena masalahnya cukup rumit.

“Arthur … aku cinta sama dia.”

Arthur mengerjap. Rasanya dia tidak berguna menjadi sahabat.

Oh... Teacher! [✓]Where stories live. Discover now