Chapter 1 : Memangnya Salah?

10K 393 48
                                    


Kelas 10 Mia 2 adalah kelas yang sangat ribut. Bisa dikatakan semua spesies menghuni dan buka lapak di sana. Kelas bagi mereka tidak hanya untuk proses belajar mengajar, kelas bisa jadi markas juga. Ada yang menjadikannya sebagai tempat pacaran, duduk berdua di bagian pojok sambil cekikikan. Ada juga yang mengasah kemapuan melawaknya, berdiri di depan kelas lalu memulai lelucon. Lalu kelas juga berfungsi untuk melatih kekuatan, banyak kursi yang menumpuk dan jadi satu dengan meja.

Tidak ada guru yang betah menjadi wali mereka. Semuanya pusing tujuh keliling karena murid yang ada di sana memiliki otak yang absurd. Mereka memang tidak melawan, tetapi kenakalannya melebihi batas sewajarnya.

Sampai pada suatu hari seorang guru pindahan ditugaskan untuk menjadi pawang mereka, alias wali kelas. Guru kali ini cukup tegas dalam mendidik seorang murid. Ada saja trik yang akan dilakukannya.

Guru itu bernama Hilmy Sadewa, mengambil mata pelajaran Bahasa Inggris. Semua murid tunduk padanya karena dia adalah guru yang killer. Tetapi itu tidak berpengaruh kepada satu murid yang bisa dibilang ratu dari kelas Mia 2.

“Pak! Saya bikin keripik kentang! Khusus untuk Pak Hilmy yang ganteng!”

Hilmy menatap horor wajah muridnya itu, dia menggeleng pias.

“Saya udah usaha bikin ini….” Hana memelas, menyodorkan kotak bekal yang berisi cemilan asin yang renyah.

“Kamu ngapain dekat terus sama saya? Udah saya bilang, saya punya pacar! Bentar lagi mau nikah!”

Bukannya mundur, Hana malah makin getol untuk mendapatkan hati gurunya itu. Semua teman-temannya juga tahu jika sang bendahara kelas menyukai wali kelasnya sendiri. Mereka mendukung, memberikan semangat yang berapi-api.

“Tapi kan, Mas belum nikah….”

Hilmy menggeram. Ingin menghukumnya lagi. Hanya saja itu semua sia-sia, setelah diberi hukuman apa pun, Hana pasti berulah lagi. Belum lagi dengan panggilan menggelikannya. Mas? Dia dipanggil Mas?

Hilmy menarik napas gusar, memindai beberapa anak muridnya yang memperhatikannya juga. Diantara mereka ada yang tersenyum menggoda.

“Kamu nggak lihat sama teman-teman kamu? Kamu nggak malu?”

“Kenapa saya harus malu, Mas?”

“Jangan panggil saya mas! Saya gurumu!”

“Tadikan udah dipanggil 'Pak'.”

Ini bukan soal gelar, tetapi Hilmy harus membatasi Hana akan perilakunya. Ini masih di area sekolah. Hilmy tidak mau panggilan itu menimbulkan fitnah.

“Kamu balik ke bangku, saya nggak mau beri kamu nilai untuk tugas kali ini.”

Hana menggeleng kencang, sekarang wajahnya memelas. Semalam Hana mati-matian mengerjakan tugas bahasa inggris itu dengan tekun, mengerjakannya sampai jam dua pagi. Walaupun Hana tidak ahli dalam pelajaran bahasa inggris.

“Iya, deh! Saya panggil sesuai ketentuan yang berlaku. Tapi beri saya nilai….”

“Kamu janji?”

“Iya. Tapi kalau di luar sekolah beda lagi.”

Hilmy menarik napas panjang. Kenapa muridnya itu menggemaskan sekali?

“Kamu harus ingat, saya punya tunangan!” Hilmy mengingatkan kembali.

“Pak, ingat! Pacar Pak Hilmy itu belum jadi istri. Saya masih punya kesempatan. Apa salahnya jika saya mencintai guru saya sendiri? Ini kan, bukan salah saya semuanya, Pak.”

“Bukan salah kamu? Terus salah saya?”

“Tentu. Pak Hilmy ganteng, masih muda. Siapa yang nggak suka? Murid-murid yang lain juga suka sama Bapak.”

Oh... Teacher! [✓]Where stories live. Discover now