Chapter 9 : Konsisten

3.7K 268 10
                                    

Hana berada pada tanduk kekalahan, sebentar lagi akan terjatuh ke dalam jurang. Menyerah sedikit saja maka semuanya akan buyar, hancur begitu saja. Sekarang Hana merasa sangat frustasi, otaknya seakan mau pecah.

Lalu satu-satunya hal yang dapat dilakukannya saat ini adalah curhat kepada Gilang, meminta solusi kepada cowok pecinta lipstik itu.

“Sekarang aku harus gimana, Lang? Aku nggak sanggup….” Hana menangis, terasa dunianya akan runtuh.

“Kamu usaha aja dulu, pasti bisa.”

Hana meraung, menghentakkan kakinya kesal. Beberapa pengendara memperhatikan keduanya, Gilang hanya bisa tersenyum canggung akan tatapan itu. Sejujurnya Gilang cukup malu karena Hana menarik banyak perhatian, apalagi jalanan kali ini cukup ramai—waktu dimana sekolah telah usai.

“Aku nggak suka bahasa inggris, aku … nggak bisa. Gimana, Lang? Aku keknya mau mati….”

“Ya udah, kalau kamu nggak bisa, kamu lepasin aja Pak Hilmy. Masih ada cowok lain!”

“Kamu nggak tahu perasaan aku! Hati aku cuma mau dia!”

Hilmy memberikan tugas yang sangat berat sebagai persyaratan, jika Hana bisa melakukannya dengan baik maka Hilmy akan memberikan sedikit cinta untuknya. Hukuman itu tak lain adalah lancar berbahasa inggris dalam kurun waktu dua bulan. Terdengar mustahil sekali untuk Hana.

Hilmy sengaja memberikan tugas seperti itu agar terbebas dari kungkungan Hana, membebaskan rasa bersalahnya juga karena tidak bisa memberikan setitik kecerahan pada muridnya. Hilmy tidak bisa berbuat apa-apa untuk membahagiakannya, dia telah terikat. Semua pihak keluarganya sudah setuju akan pernikahan itu.

“Hana, kamu cinta beneran sama Pak Hilmy, kan?”

Hana mengangguk lemah, menyeka air matanya dengan kasar. “Banget.”

“Aku yakin kamu bisa kalau kamu bersungguh-sungguh, nggak ada yang nggak mungkin di dunia ini asal kamu nggak patah semangat.”

“Kalau aku nggak bisa, gimana?”

“Tuh, kan! Kamu pesimis banget!”

“Tapi….”

“Kamu bisa! Aku percaya sama kamu. Kamu kan cewek ajaib, kamu bisa lakuin apa aja!”

Hana terenyuh. Gilang memang sahabat terbaik di dunia, tidak ada duanya. Walaupun cowok itu melambai tetapi ucapannya tidak pernah membuat down. Gilang tidak pernah membiarkan sahabatnya berputus asa.

“Baiklah, malam ini aku akan belajar dengan giat. Aku akan taklukin pelajaran itu!”

“Nah, itu baru Hanaku. Sini peluk dulu….”

Maka keduanya pun berpelukan dengan erat, Hana mengacak kepala Gilang saking gemasnya. Mereka berdua sudah seperti saudara, saling memberikan dukungan.

Malamnya Hana benar-benar beraksi. Dia mengunci diri di kamar, membuat catatan di depan pintu kamarnya. Dilarang masuk! Sedang bereksperimen!

Hana belajar melalui youtube, menonton penuh saksama. Mencatat segala hal yang diucapkan oleh sang tutor. Membiasakan lidahnya berkelok-kelok, menirukannya dengan lebay. Sampai liurnya terciprat di layar HP.

“Hana … ayo makan dulu.” Tantenya mengetuk pintu pelan, mengabaikan warning yang telah tertera di pintu kamar.

“Besok aja deh, Tante….”

“Loh? Kok besok?”

Hana membuka pintu, nyengir. “Hm … lagi belajar soalnya.”

Tantenya yang bernama Bu Lia itu tidak percaya begitu saja. Sejak dulu dia sudah tahu sifat keponakannya itu.

Oh... Teacher! [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang