Chapter 10 : Arya dan Hilmy

3.8K 275 2
                                    

“Pak, saya mau ngomong sesuatu.” Tatapan Arya mengadili, tidak gentar sama sekali walaupun lawannya adalah guru sendiri. Ingin rasanya memberikan sebuah bogeman padanya.

“Saya tahu kamu mau ngomong apa, ini tentang Hana, kan?”

Arya menggebu. Kemarahannya memuncak begitu saja. Emosinya tidak terkontrol. Hana harus dipulangkan karena kondisinya yang sangat lemah, berdiri saja sudah tidak sanggup. Cewek itu diantar oleh Pak Naim. Tadinya Arya juga ingin ikut mengantar, tetapi ada yang lebih penting dan harus diselesaikannya.

Arya tipikal cowok yang cukup keras, dia tidak akan segan untuk membentak atau memaki, dia tidak memandang status seseorang. Jika hatinya terusik maka dia akan langsung melawan. Terlebih lagi ini ada sangkutpautnya dengan Hana.

“Pak, tolong jauhin dia!”

“Saya udah berusaha!”

Arya tersenyum miring. “Dengan buat persyaratan gila itu? Bapak mikir apa, sih! Bapak udah tahu kalau Hana itu nggak bisa bahasa inggris! Bapak sengaja buat dia sakit, kan? Gimana? Udah puas lihat dia pingsan?”

Hilmy tertohok akan ucapan Arya. Memang dia berencana untuk menghindari Hana, tetapi dia sama sekali tidak berniat membuat cewek itu sakit. Hilmy juga peduli dengannya.

Arya maju selangkah. “Pak, kalau Bapak nggak bisa kasih dia cinta, tolong jangan beri dia harapan. Saya takutnya Hana benar-benar bisa menuhin tugas itu, emangnya Bapak bisa apa? Nikahin dia? Nggak bisa, kan? Bapak fokus aja sama pernikahan Bapak!”

“Kamu bilang kek gini karena kamu cinta sama dia, kan?”

Arya tertawa. “Pak, walaupun dia mantan saya, tapi saya masih cinta sama dia.”

Lama-lama emosi Hilmy naik juga. Telinganya terasa panas.

“Kamu sebaiknya mikirin ujian nanti.”

Arya mengernyit. “Kenapa? Bapak mulai takut kalau saya bisa dapetin Hana lagi? Ada apa sekarang? Bapak merasa bersalah?”

“Saya nggak cinta sama dia, bukan urusan saya!”

Arya manggut-manggut, jelas sekali raut wajahnya meremehkan. Hilmy mulai tidak nyaman. Arya menantangnya.

“Pak, kalau nggak cinta, Bapak nggak usah kasih persyaratan apa pun. Biarin Hana capek sendiri, dia pasti bakalan mundur.”

Hilmy menarik napas gusar, dia langsung berbalik arah untuk menenangkan jiwa raganya yang mulai goyah. Jangan sampai ucapan Arya mengundang persilisihan dan pertengkaran. Akan lucu jadinya jika seorang murid dan guru adu pukul, apalagi karena masalah cinta. Terdengar menggelikan.

Hilmy duduk tenang di tempatnya, mengatur napasnya karena emosi. Arya cukup membuat kesabarannya habis. Kalimatnya bahkan masih terngiang dengan jelas. Hilmy pun benci mengakui jika dia merasa sedikit cemburu, hatinya sedikit tidak rela.

“Lagi galau, ya?” Arthur memberikan sebotol air, seperti biasa dia akan bertanya untuk menuntaskan rasa penasarannya. Selama mengajar di SMA 20, hanya Hilmy-lah yang paling mempunyai tekanan batin diantara guru-guru yang lainnya.

“Lagi pusing tepatnya.”

“Ini pasti gara-gara Hana, kan?”

Hilmy mengangguk lemah.

“Kamu kasihan karena dia sakit?”

“Iya, tapi masih ada masalah yang lebih serius.”

“Bisa cerita? Siapa tahu aku bisa bantu.”

Hilmy meneguk air pemberian Arthur, menghabiskannya dengan cepat. Arthur semakin yakin jika temannya itu sedang menanggung beban, raut wajahnya terlihat frustasi.

Oh... Teacher! [✓]Where stories live. Discover now