Harapan di depan mata

740 75 26
                                    

Seorang gadis berlari dengan nafas tersenggal-senggal membuat tubuh dan rambutnya basah dibanjiri oleh keringat. Hingga ia berhenti ketika telah sampai di depan pintu yang bertuliskan. 'Ruang DEU'

Gadis itu menghela napas pelan kemudia mengambil tangan kirinya untuk mengelus dada.

Suara handle pintu tebuka, lalu ia masuk ke dalam ruangan yang dipenuhi orang-orang berumur, langkah kakinya menghampiri meja dengan nama 'dwita ratuluno' dosen pembimbing skripsinya.

Kedua sudut bibirnya terangkat naik membentuk senyuman manis.

"Permisi bu dwita, ini susunan skripsi saya,"  Nauna menyerahkan skripsinya pada dosen PS nya.

Bu dwita membalas senyum Nauna, lalu mengambil skripsi Nauna. Membacanya dengan teliti, kadang mengekerutkan dahi, kadang tersenyum tipis

Beberapa menit telah berlalu kemudian bu dwita senyum puas sambil memberi susunan skripsi Nauna, "Bagus! Selamat ya Nauna ibu suka skripsi kamu, siap-siap buat presentasi skripsi karena 2 bulan ke depan kamu akan sidang"

Mata Nauna terbelalak senang bukan main. Ia menatap senyum kepuasan di wajah ibu dwita, jelas ini nyata.

"Ma—makasih bu dwita, saya bangga punya pembimbing skripsi seperti anda," ucap Nauna senang.

.

Nauna mendudukkan bokongnya di kursi kantin dan memperhatikan suasana kantin yang tak pernah sunyi oleh pengunjung baik itu dari dosen maupun mahasiswa. Suara bising sangat mendominasi keadaan kantin saat ini, siapa saja akan jengah termasuk Nauna.

"Woi triplek," Gege menepuk bahu Nauna.

Nauna tersentak berbalik menatap Gege, "bikin kaget dugong."

Tawa gege menggelegar di segala penjuru kantin.

"Gak punya malu lo, ketawa kok seperti singa yang mengaum aja"

"Eh sialan lo, MANG TUTUL BAKSONYA 2 MANGKUK YAAA." Gege berteriak membuat mang tutul hanya menaikkan jempol membalas pesanan Gege.

"gimana skripsinya Aun?" Tanya Gege kemudian.

Senyum mengembang di wajahnya hingga memunculkan lesung pipit yang sangat dalam membuat level kemanisan gadis eksotis itu meningkat.

"Skripsi gue diterima sama bu dwita dan 2 bulan kedepan gue sidang," ia membalas pertanyaan Gege dengan senang.

Wajah berbinar terpantri jelas di wajah Gege, "Wahh hebat lo yaa, Congrast sis," ujar Gege senang sambil Merangkul pundak Nauna.

Namun raut wajah Gege perlahan berubah murung, "lu duluin gue berarti nih," lanjutnya sambil menarik tangannya dari pundak Nauna.

Wajah Nauna seketika terlihat khawatir, "hey jangan gitu dong Ge, semangat dong."

Melihat tidak ada perubahan ekspresi dari Gege, ia pun menyahut, "gimana mau selesai, kalau lu aja gak semangat ayuk buruan semangat!"

Nauna menarik tangan Gege, membuat pemilik tangan yang ditarik tersentak.

"Tau kan yel-yel kita." Ucap Nauna menatap manik mata Gege yang tengah menatapnya.

"Win last keep the spirit." Nauna mengeluarkan smirk anehnya sambil berdiri mulai beraksi menggoyangkan tubuhnya.

"Lihat dosen killer, kubelok." Suara nyaring nyanyian Nauna melantunkan lirik lagu dari Playboy 7Icon.

Seluruh penjuru kantin yang sedang makan dengan enak pun menolehkan kepala menatap Nauna yang berdiri, menyaksikan goyangan, dan nyanyian dari Nauna. Pemilik warung pun hanya menggelengkan kepalanya karena mereka tahu apa yang bakal terjadi selanjutnya. Karena hal ini bukan terjadi satu-dua kali saja.

"Sampai botaknya yang kinclong, kututup mata" Nauna berpura-pura menutup matanya hingga semua orang dikantin ketawa terbahak-bahak menatap gadis manis itu tengah berdiri goyang diatas meja.

"Apaaa sekarang? PS gua ternyata diaaa." Kini suara nyanyian itu berasal dari Gege, yang juga ikut berdiri disamping Nauna yang berdiri diatas meja.

"Apa kusalah? Bila ngandelin cinta PS guaaaa." Suara nyaring Gege sambil memegang kepalanya membahana membuat orang-orang yang dikantin menaikkan hpnya yang mahal merekam dua orang gila itu yang tengah goyang kocak.

"Gak-gak, gak kuat. Gak-gak, gak kuat. Kita gak kuat sama dosen bacrit." Sekarang Gege dan Nauna bernyanyi bersamaan dengan gerakan yang sama. Menaikkan tangan kanannya lurus dengan telapak tangan yang bergoyang. Tangan kirinya menumpu pada pinggang.

"Gak-gak, gak kuat. Gak-gak, gak kuat. Aku gak kuat sama PS yang banyak maunya." Nyanyian keduanya diakhiri dengan gaya menyilangkan kedua tangan dan punggung yang saling bertolak.

Sontak keduanya tertawa terbahak-bahak.

Tepuk tangan yang riuh, dan teriakan dari seluruh penjuru kantin membahana. Ada yang bersiul, ada yang teriak kek orang gila, dan ada yang jungkir balik. Eh gak deng.

Inilah lagu penyemangat mereka. Yaitu, lagu ngegibahin dosen PS. Wakakakak.

Gege dan Nauna turun dari meja kantin lalu mendudukkan bokongnya di bangku.

"Karena lo udah ngebangkitin semangat gua, gua yang traktir lo" ucap Gege dengan kerlingan di matanya.

"Ashiap bosq" ucap Nauna menaikkan tangannya memberi hormat pada gege.

Tak lama pesanan dari mang Tutul pun tiba dihadiahi oleh senyuman, bang Tutul pun menyahut, "asoey mbaq." Menaikkan jempol memuji nyanyian Gege dan Nauna.

Keduanyapun tertawa dipuji oleh mang tutul.

"Makasih yaa bang. Hehe." ucap Gege.

"Hai sayang apa kabar?" suara berat tiba-tiba muncul dibelakangnya.

.
Jangan lupa voment nya yaaa.

Trouble Hacked ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang