Bengek

330 44 2
                                    

Kalian tau rasanya berjalan hanya menggunakan raga? Lesu, letih, dan lelah itulah rasanya, Nauna tak tahu menahu dimana sekarang jiwanya berada. Hingga Nauna merasa bola matanya ingin tertarik keatas saja terus.

Bukan hanya itu, matanya yang sembab masih terasa panas dan bengkak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bukan hanya itu, matanya yang sembab masih terasa panas dan bengkak. Ia masih sempat menangis lagi sebelum berangkat ke kampus. Mengingatnya saja hanya ingin membuatnya berteriak 'mengapa hal ini terjadi padanya'

 Mengingatnya saja hanya ingin membuatnya berteriak 'mengapa hal ini terjadi padanya'

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ia menggenggam erat buku yang dipegangnya, sambil menabah kan dirinya. Menangisi masalah yang terjadi, tidak akan mengubah apapun. Ia harus bergerak maju, mengembalikan folder skripsinya tentunya.

Dengan memantapkan hatinya, ia melangkahkan kakinya dengan anggun menuju koridor kampus.

Langkahnya terhenti ketika seseorang menabraknya dengan keras.

Nauna menahan emosinya, karena ini sudah keempat kalinya ia ditabrak. Mungkin ini kesalahannya karena ia kurang fokus hari ini.

Ia membalikkan badannya dan berusaha tersenyum manis hingga matanya ikut menyipit.  Awalnya ia ingin menyapa orang tersebut, hitung-hitung sedekah. Namun matanya yang menyipit perlahan-lahan menyala tersisa hanya senyum manisnya saja, melihat si penabrak nyengir-nyengir tanpa dosa.

"DIDIIIIIIII," teriak Nauna mengangkat tangannya untuk menjabak sepupunya yang brengsek itu, dan selanjutnya terjadilah baku hantam diantaranya.

.

"Apa liat-liat?" Ucap Nauna garang kepada Didi.

Didi hanya mengelus dada berusaha sabar, 'punya sepupu kok gini amat ya allah.'

Setelah acara baku hantam yang diakhiri dengan mengalahnya Didi, mereka pun pergi menuju ke kantin kampus yang telah diisi oleh orang banyak. Jika saja Didi tidak mengalah entah sampai kapan acara baku  hantam mereka selesai. Dan disinilah mereka berada duduk bareng dan saling diam-diaman.

Didi melirik kembali sepupunya yang melamun terus daritadi, entah apa yang ia pikirkan.

"Gk usah lirik-lirik, gue colok mata lu lama-lama," ujar Nauna pelan dengan pandangan lurus kedepan. Ucapannya membuat Didi bungkam bukan main. Ia meneguk air liurnya merasakan hawa panas disampingnya.

Dilihat dari matanya yang bengkak dan sembab yang sempat ia lihat tadi, pasti sepupunya itu menangis parah semalaman. Ia pasti badmood parah.

'Ada apa sih sebenarnya.'

Mana lagi pacarnya gak datang ini hari, membuat Didi makin gelisah saja duduk disamping beruang betina yang hibernasi nya terganggu.

Karena mulai tidak tenang Didi membuka suara, "Na....hm...kalau ada masalah cerita aja ke gue, mungkin gue bisa bantu."

'Kenapa kalimat itu yang keluar dari mulut lu Didi'

Ia tau bahwa Nauna kalau lagi badmood parah begini, sepupunya itu gak mau dengerin siapa-siapa. Ia pengen mati aja rasanya. Apalagi memberikan bantuan tanpa ditanya.

Selama tiga menit diam-diaman dan Didi mengutuk dirinya sendiri, akhirnya Nauna membuka suara.

"Lu punya temen yang ahli di bidang IT?"

Sebenarnya Gege sudah meminta kenalan di fakultas IT kampusnya untuk membantunya tetapi ada masalah mendadak yang ingin dilakukan sahabatnya itu jadi Gege tidak jadi menemaninya. Ia bisa saja pergi sendiri tetapi ia tidak kenal dengan teman Gege. Bisa aja ia menunggu Gege hingga esok tapi ia jenis orang yang tidak sabaran.

Didi kaget baru kali ini ia tidak dipukul karena mencoba membuka suara pertama kali.

Didi mulai berpikir dan mengingat-ngingat, hingga muncul seseorang diingatannya. "Ada, tapi dari fakultas IT kampus lain," ucap Didi memberitahu.

Nauna yang tadinya murung dan menatap kosong kedepan, kini beralih menatap Didi.

"Kampus mana?"

.

Jangan lupa VOMENT-nya sayang~

Trouble Hacked ✔️Where stories live. Discover now