Datang.

256 34 7
                                    

Jangan lupa teken bintangnya 👀

.

Sambil memangku dagu, sorot mata Nauna tak lepas dari dosen yang sedang menjelaskan mata kuliah umum hari ini, namun penjelasan dosen tak benar-benar masuk di dalam kepalanya. Pikiran-nya entah berlayar kemana.

Tangan bebas lain-nya sedang memain-mainkan pulpen sambil mengingat kejadian kemarin. Paman Rans. Itu kali pertama Nauna melihat keluarga Rans berkunjung. Cukup lega ternyata Rans mempunyai keluarga, yang berarti Rans tidak benar-benar sendirian, seperti yang ia pikirkan selama ini. Masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang saling berputar di kepalanya. Semakin tidak sabar untuk bertemu Rans hari ini.

Melihat jam pada pergelangan tangan-nya, yang sedang memegang pulpen. Nauna mendengus, karena 15 menit lagi jam 10. Ia memang sengaja mengambil kuliah pagi, karena ingin bertemu cepat-cepat dengan Rans. Tetapi dosen-nya masih aja asyik berbicara tentang pengalaman-nya, yang menurut Nauna sangat membosankan. Mencebikkan bibir-nya malas, mengutuk kebosanan yang diciptakan oleh dosen-nya.

"Pak jam-nya udah habis." Asisten dosen menginterupsi, membuat sang dosen menghentikan omongan-nya.

Dosen mengangguk mengerti, "Oke terima kasih semua, sampai berjumpa di lain waktu." Lalu berlalu meninggalkan kelas.

Dengan cepat, Nauna pun langsung bangkit keluar dari kelas, merogoh tas untuk mendapatkan hp-nya. Sambil berjalan ia pun mengetikkan sesuatu pada layar-nya.

Sibuk dengan hp-nya tanpa sadar ia menubruk seseorang, sedetik kemudian ia meringis. Ingin meminta maaf karena, karena ini adalah kesalahan-nya, tetapi ia urungkan kembali, ketika ia mendongak dan melihat sosok Didi lagi-lagi berada dihadapan-nya.

"Lo-," ucapan Nauna tertahan ketika melihat sesuatu yang aneh dari raut muka Didi. Dagu Didi mengetat seperti orang marah.

Didi sepertinya marah, tapi marah kenapa? Nauna teringat kembali kejadian kemarin yang menendang brang pribadi Didi. Sekarang ia merasa bersalah.

Nauna menunduk, "gue minta maaf."

"Gak semudah itu ferguso," ucap Didi.

Melihat Nauna tidak melawan, Didi kembali berucap, "sebelum lo traktir gue tentu-nya."

Reflek ia menatap Didi yang menyeringai jahil. Memutar bola mata-nya malas, mending ia mengiyakan kemauan Didi. Daripada ribut lagi, nanti ia akan terlambat ke rumah Rans.

"Yaudah cepet!" lalu melangkah melewati Didi.

Senyum Didi terbit, kala Nauna mengiyakan permintaan-nya. Menyusul Nauna lalu merangkul pundak-nya sambil melangkah menuju kantin.

"Gege mana?" Tanya Nauna setelah mendudukkan pantat-nya di dudukan kantin.

"Ada kelas," jawab Didi lalu pandangan-nya mengarah pada mas-mas kantin, "MANG MI AYAM 2 YAA."

Kaget ketika Didi langsung memesan, tanpa menanyakan ia mau apa tidak. Nauna pun langsung berteriak, "MANG 1 AJAA."

Melihat wajah Didi yang mengkerut bingung, ia pun bangkit dari duduk-nya, "lo makan aja, nanti gue yang bayar."

Baru saja ingin berlalu meninggalkan Didi, tangan-nya pun dicekal. Reflek Nauna berbalik, "Apa lagi sih Didi!?"

"Lo temenin gue makan lah."

Trouble Hacked ✔️Where stories live. Discover now