Crying

276 38 5
                                    

Haiiii....hehe.
Jadi gue udah ganti cover sama judulnya bagus gak?
Bilang gak, ditampol sama Nauna nih wkwk.

Jangan lupa teken bintangnya sayang.
.

Menggigit bibirnya, Nauna menunduk menahan tangis, air matanya bergelinang di kelopak mata membuat matanya memburam. Satu kali saja ia berkata-kata hancur sudah pertahanannya.

Ia tak tahu dengan dirinya sendiri, ia ingin bertemu dengan Rans, bukan hanya meminta penjelasan tetapi ingin memastikan bahwa lelaki itu tidak benar-benar meninggalkannya. Ia sudah terlampau nyaman didekat lelaki itu. Walaupun raut wajahnya yang tenang membuatnya jengkel, tetapi lelaki itu masih dengan sabar mendengar keluhannya. Sungguh ia sangat susah mendeskripsikan perasaannya saat ini.

Sedangkan Rans hanya terdiam tenang membisu ditempatnya.

"Maaf." Hanya satu yang keluar dari bibir Rans setelah Penjelasan panjang Nauna. Tetapi Nauna sudah ramal kan hal itu, ia sudah tau sifat Rans.

Nauna sudah tidak tahan lagi, ia tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia mau kembali saja, tak mau memperlihatkan sisi terlemahnya sekarang.

Sambil menunduk, ia berbalik ingin kembali tetapi belum satu langkah, tangannya sudah dicekal oleh Rans.

"Kemana?"

Ia tak sanggup berbalik, karena jika ia berbalik maka tangisannya akan tumpah meruah dan ia sangat jelek bila menangis.

Lama berdiam, tak lama Rans menarik tangan Nauna hingga, Nauna menabrak dada bidang Rans. Kaget. Tetapi sudah terlambat tangisannya telah meluruh di baju kaos hitam milik Rans.

Isak tangis Nauna terdengar dipendengaran Rans yang masih terdiam, membuat Rans mangangkat tangannya mengelus pelan rambut hitam legam Nauna mencoba menenangkan.

Tangan Nauna melingkar dipinggang Rans, memeluknya dengan erat, takut kalau saja lelaki itu melepaskan genggamannya lagi dan betul-betul pergi meninggalkannya.

"Lo jahat Rans, hiks. Karena gua gak bisa benci lo, huwaaaaaa." Ucapnya sambil menenggelamkan wajahnya di dada bidang Rans, bersamaan dengan jantungnya yang berdegup kencang.

'Gue mau tahu lebih dalam tentang lo Rans'

Sambil memeluk Nauna yang sedang menangis tersedu-sedu masuk ke dalam rumahnya lalu menutup pintunya.

Rans tak banyak bicara dan masih membiarkan Nauna menangis dipelukannya. Kini mereka berdua duduk di sofa panjang milik Rans.

Lama menangis, Nauna mendongak lalu menggosok matanya yang masih dialiri segumpalan air mata. Melihat rambut Nauna berantakan, Rans dengan hati-hati memperbaikinya dan menyelipkan beberapa helai rambut ditelinga Nauna.

"Lo gak mau cerita? Sekarang jawab dengan jujur! Lo sengaja ngirim virus itu atau tidak sengaja?" Nauna bertanya pada Rans yang sibuk memperbaiki helai rambutnya.

"Tidak sengaja." Jawaban Rans cepat membuat Nauna bernapas lega. Setidaknya lelaki tidak berbohong, Nauna tahu, karena dari nada ucapan Rans.

Kemudian Rans bergumam hingga manik mata mereka bertemu. "Merah," ucap Rans sambil mengelus pelan kelopak mata Nauna.

Debaran jantung Nauna semakin kencang, sadar akan jarak wajahnya dengan wajah Rans yang semakin dekat.

Hingga tiupan pelan dimatanya membuatnya mengerjap.

"Perih?" Tanya rans.

Matanya membuka sempurna. Bibir Rans yang pertama kali muncul di penglihatannya.

Sinting. Bibir Rans bentuknya cipokble. Waw sangat cantik. Mungil dan kecil tapi penuh.

Dengan cepat Nauna menggeleng pelan sebagai jawaban, kemudian terkekeh. "Kenapa coba ditiup."

"Orang bilang begitu."

"Siapa?"

Rans tidak menjawab dan hanya mengalihkan tatapannya.

Hingga suara pukulan didadanya membuat Rans tersentak, tapi anehnya wajah Rans masih tenang-tenang aja. Tidak ada ekspresi kesakitan yang muncul di wajahnya.

"Siapa!?" Tanya Nauna dengan suara serak.

Rans menghela napas, lalu menatap dalam Nauna. Terasa berat menceritakan yang sebenarnya.

Melepaskan pelukan Rans, lalu bangkit berdiri, ia tak bisa menatap lebih lama mata Rans. Ia tahu. Ia merasakannya, terlalu banyak luka di mata laki-laki itu. Kalau ia memaksanya, ia akan membuka luka lama laki-laki dihadapannya yang tengah duduk menatapnya.

"Gak usah bilang," ucap Nauna cepat.

Lalu ia duduk disamping Rans, "cerita aja tentang diri lo aja." Ia menatap Rans dengan senyuman manisnya.

"Gue hacker."

Nauna mengangguk cepat, ia sudah tahu.

"Gue udah mem-bom bank."

Kini senyum Nauna hilang, menatap serius Rans.

"Gue udah mencuri data perusahaan orang lain."

Kini Rans menampilkan senyum miring yang sangat menyeramkan bagi siapa saja yang melihatnya. Tapi tidak untuk Nauna, dia menatap Rans dengan raut wajah yang berbinar-binar. Menurutnya ini suatu kelangkaan melihat sisi wajah lain dari Rans.

"Gua udah bilang kan lo harusnya benci sama gue."

Nauna menggeleng pelan lalu tersenyum, "lo pasti punya alasan kan?"

Rans termangu dan terdiam menatap lama senyum yang diberikan oleh Nauna padanya.

"Setiap perbuatan yang lo lakuin pasti punya alasan. Gue bakal dengerin alasan lo."

"Lo pulang aja." Ucap Rans.

Semakin Nauna berada di dekatnya, semakin ia tak tahan untuk memiliki Nauna sekarang.

Alis Nauna bertaut bingung, sedikit kecewa karena Rans tidak membalas ucapannya.

"kenapa?"

Rans menunjuk jam dengan dagunya, "udah malem, nanti dicariin mamah lo."

Nauna menepuk dahinya pelan, selama itukah ia menangis di dada bidang milik Rans?

Kini Nauna has menatap Rans bergerak untuk membuka hoodie hitamnya lalu menyampirkannya di bahu Nauna.

"Diluar dingin."

Seketika hati Nauna menghangat, ia diperlakukan seperhatian ini membuatnya enggan pulang.

Ia mengulum bibirnya, kesal, memukul keras lengan berotot Rans.

Lagi, Rans hanya tersentak tak merasa sakit, padahal Nauna sudah memukulnya sekuat tenaga.

Nauna pun berbalik meninggalkan Rans yang duduk menatap bingung Nauna.

.

VOMENT-nya Zeyenk.

Trouble Hacked ✔️Where stories live. Discover now