SnT | Chapter 20 - I really want to have her

Začít od začátku
                                    

Vic merutuk dalam hati. Berduaan dengan Pierre dalam satu ruangan sungguh tidak baik untuk jantungnya, tetapi dia tidak mungkin melarikan diri lagi. Vic melangkahkan kakinya dengan berat hati. Dia memekik kecil saat mendengar suara pintu terkunci.

"Ada apa?" tanya Pierre heran saat melihat Vic tiba-tiba berhenti.

Vic menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa."

Pierre hanya menganggukkan kepalanya. Mereka kemudian berjalan menuju ruang tamu.

"Kamu duduk di sini, ya. Aku mau pakai baju dulu," ucap Pierre lalu masuk ke kamarnya.

Vic menghembuskan napas saat pintu kamar Pierre tertutup. Dia menatap kuku-kuku tangannya dengan perasaan gelisah. Dia tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya setiap bertemu dengan Pierre, namun kini perasaan tidak tenang selalu menghinggapinya. Vic pikir mungkin ini efek ketakutan pada seorang pria yang didapatnya dari Rafael.

Vic menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir semua ingatan tentang pria itu. Dia tidak tahu mengapa efek pria itu sangat besar terhadapnya, membuat Vic tidak bisa menjadi dirinya sendiri. Atau memang seperti inilah dia yang sesungguhnya? Vic tidak tahu.

Tak lama Pierre keluar dari kamar. Dia sudah memakai t-shirt berwarna hitam dan celana selutut.

"Mau minum apa?" tanya Pierre setelah berdiri di hadapan Vic.

"Memangnya di sini ada apa saja?" balas Vic dengan pertanyaan juga.

Pierre terkekeh geli. "Soft drink?"

"Air mineral saja, itu lebih sehat."

Pierre mendengus sebal mendengar jawaban Vic, tetapi pria itu tetap berjalan menuju pantry. "Jadi, apa yang perlu aku bantu?" tanya Pierre setelah kembali dengan segelas air mineral dan sekaleng cola di kedua tangannya.

"Aku ingin kembali ke restoran," ucap Vic sembari meraih gelas dari tangan Pierre. Dia meneguk minumannya hingga setengah, lalu meletakkan gelas itu di atas meja yang memang tersedia di ruang tamu.

Pierre duduk di sebelah Vic. "Sepertinya sulit. Kamu tahu sendiri bagaimana sifat Mrs. Lincon dan sepertinya dia senang saat kamu tidak ada," ujar Pierre sambil meneguk cola-nya.

Vic menghela napas. "Lalu, aku harus bagaimana? Sekarang aku pengangguran dan aku perlu uang untuk bertahan hidup."

"Aku akan membantumu mencari pekerjaan, jadi kamu tenang saja."

Vic tersenyum pada Pierre. "Merci... Kamu banyak membantuku dari awal pertemuan kita."

"No problem. Inilah gunanya teman, bukan?"

Vic mengangguk setuju. "Rasanya jadi merindukan Elaine. Sudah lama kami tidak bertemu dan saling berkomunikasi."

Pierre mengerutkan kening bingung. "Dia tidak menghubungimu?"

Vic menggeleng. "Mungkin dia sibuk."

"Apa jangan-jangan dia menjauhi kamu, Vic?"

Vic menggeleng lagi. "Aku tidak tahu. Tapi, bagaimana kabarnya?"

"She's fine," jawab Pierre singkat.

"Syukurlah kalau kabarnya baik. Oh, ya! Mengapa kamu tidak ke restoran? Ini sudah telat sekali."

Pierre mengedikkan bahu. "Aku izin tadi karena ada urusan."

"Urusan apa?" tanya Vic penasaran.

"Rahasia," jawab Pierre langsung. "Oh, ya! Bukankah kamu ingin menceritakan tentang ke mana kamu pergi selama ini?"

Suit and Tie | ✅Kde žijí příběhy. Začni objevovat