35

3.4K 274 80
                                    

Sena terbangun karena merasa pegal di sekujur tubuhnya. Kepalanya terasa berat, seperti ada sesuatu yang menghantamnya.

Ia tetap memaksakan untuk membuka mata, menempatkan diri dengan menyenderkan tubuhnya di belakang kasur, dan sedetik kemudian terkesiap ketika merasa ada seseorang yang menggenggam tangannya.

"Ni-el?" gumamnya hampir tidak bersuara.

Tak lama kemudian seseorang masuk dengan terkejut karena mendapati Sena yang ternyata sudah terbangun.

"Udah enakan?"

Sena mengangguk. "Bapak ngapain di sini?" tanya Sena dengan kening berkerut.

Minhyun tersenyum. "Jangan panggil bapak kalau di luar, panggil 'kak' aja," ucap Minhyun sambil meletakkan beberapa bungkus makanan di atas meja di sebelah Sena.

Sena balas tersenyum lalu matanya menangkap kembali sosok Daniel yang tertidur di sampingnya, membiarkan posisi ini bertahan.

Sesungguhnya, Sena ingin terus begini. Merasakan genggaman Daniel di tangannya, menikmati wajah polos Daniel saat tertidur.

Minhyun mengikuti arah pandang Sena sambil tersenyum geli.

"Dia nggak tidur semaleman," ucap Minhyun dan mendapat perhatian Sena.

Minhyun terkekeh. "Dia kayak orang kalap. Kamunya nggak bangun-bangun, dia tambah stress. Aku yang pusing, takut dianya sakit juga."

Sena mencermati setiap perkataan Minhyun dan kemudian tersenyum tipis.

"Aku nggak ngerti apa yang terjadi antara kamu sama anak sinting ini. Apapun itu, aku masih pingin lihat kamu dan dia bahagia, entah kamu jadi pacarnya atau nggak," ucap Minhyun sambil menepuk-nepuk kepala Daniel yang masih tertidur.

Nggak lama kemudian Daniel bangun, masih dengan separuh nyawa yang dimilikinya, matanya membulat seketika saat melihat seseorang di depannya sudah terbangun.

Tanpa berpikir panjang, Daniel bangkit berdiri dan memeluk Sena yang ikut terkejut dengan pergerakan tiba-tiba Daniel.

Belum sempat tersadar dari rasa terkejutnya, Daniel sudah berhadapan dengan Sena, menangkup wajah Sena dengan kedua tangannya sambil meneliti setiap inci wajah Sena.

"Kamu nggak papa? Masih sakit? Laper? Mau makan?"

Sena memutar bola matanya menanggapi pertanyaan bertubi Daniel. Sedangkan Minhyun hanya terkekeh geli sambil berjalan meninggalkan Sena dan Daniel.

"Nggak usah lebai."

Daniel terdiam sebentar.

"Sen," ucap Daniel ragu-ragu.

Sena mengerutkan keningnya. "Hm."

"Hmm, ini. Aku- aku minta maaf, itu- apa sih," Daniel ikut mengerutkan keningnya, tampak menimbang-nimbang kalimat yang ingin ia lontarkan.

"Aku-"

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Sena terlebih dahulu mencondongkan tubuhnya, meraih dagu Daniel, dan memberi kecupan singkat untuknya.

Daniel mengerjapkan mata berkali-kali, terpaku di tempat, dengan mata membulat sempurna. Kejadian ini berlangsung begitu cepat sampai ia sendiri tidak yakin dengan apa yang barusan dilakukan Sena.

Melihat reaksi itu, Sena tersenyum geli, dan lagi-lagi memberi kecupan untuk Daniel kali ini lebih lama. Entah keberanian darimana, Sena hanya meluapkan segala yang ada dalam dirinya.

Baru saja ingin menyudahi kecupan yang ia berikan, Daniel menahan tengkuk Sena, mencegah penyatuan bibir mereka terlepas. Mulai melumat lembut bibir Sena yang bagai candu untuknya.

Bad Boy | Kang Daniel [COMPLETED]Where stories live. Discover now