30

4K 344 31
                                    

Ong mengantar Sena pulang. Ia cukup bingung karena Sena memintanya untuk mengantarnya ke sebuah apartemen, bukan ke rumahnya, yang sudah Ong ketahui sebelumnya.

"Makasih, lo baik banget hari ini udah mau nemenin gue," ucap Sena berterimakasih.

Ong tersenyum singkat. "Sama-sama. Lo tinggal di sini?"

Terlihat raut wajah panik dari Sena, namun ia tetap menganggukkan kepalanya.

Ong ingin kembali bertanya tapi diurungkannya. Karena seperti yang kalian tahu, ia sedang tidak dalam mood yang baik sekarang.

"Masuk gih, udah malem," ucap Ong sekalian berpamitan untuk pulang.

Sena mengangguk. "Hati-hati!"

Setelah Ong memacu motornya meninggalkan apartemen Sena, Sena berjalan menuju apartemen Daniel sambil lagi-lagi mengecek ponselnya.

Masih tidak ada satupun pesan atau missed call dari Daniel.

Ia menghembuskan napas pelan dan akhirnya mencoba untuk menelepon Daniel.

Berulang-ulang, sampai akhirnya Sena masuk ke dalam apartemen Daniel, dan menyerah setelah didapatinya apartemen Daniel masih kosong.

Sena melempar tasnya asal di sofa dan berjalan memasuki kamar untuk mengganti pakaiannya menjadi baju rumah.

Setiap beberapa menit sekali ia mengecek ponselnya meski tidak ada bunyi notif. Dan tentunya tidak ada balasan dari Daniel.

Sampai saat di mana Sena memilih untuk menuju balkon, tempat kesukaannya untuk menenangkan diri, ia mendapati sosok Daniel di sana.

Dan hal itu sungguh mengejutkan Sena.

"El?" panggil Sena spontan.

Suara panggilan Sena membuat Daniel memalingkan wajahnya sejenak. Namun beberapa detik kemudian Daniel mengembalikan posisi tubuhnya ke semula, seakan-akan panggilan Sena bukanlah sesuatu yang berarti.

Sena tersentak melihat perlakuan Daniel. Ia mengerutkan keningnya heran, namun tetap berjalan mendekati Daniel.

"Kapan lo pulang?" tanya Sena setelah berhasil berdiri tepat di samping Daniel yang masih memandang lurus ke depan.

Daniel sempat mendiamkan Sena beberapa saat. "Sejak tadi," jawab Daniel singkat tanpa mengalihkan pandangannya untuk melihat Sena.

Sena mengatupkan bibirnya. "Dari tadi ya?" gumam Sena lalu memalingkan wajahnya dari Daniel dan menundukkan kepalanya sambil tersenyum nanar.

Terjadi kecanggungan yang cukup lama. Dan jujur situasi ini bukan situasi yang diharapkan Sena.

Begitupun dengan Daniel, sepertinya.

"Gimana tadi Hera?" tanya Sena pada akhirnya, tepat saat ia menengadahkan kepalanya menatap Daniel, berusaha memecah keheningan.

Daniel tersenyum datar. "Nggak gimana-gimana," jawab Daniel tenang.

Sena mengangguk paham. "Dia baik-baik aja?" tanya Sena lagi.

Daniel tersenyum lebih lebar kali ini. "Baik, untung gue cepet dateng tadi," jawab Daniel masih dengan senyum lega yang terukir di bibirnya.

Sena menatap Daniel sendu namun ikut tersenyum pada akhirnya. "Syukurlah. Gue ikut seneng," ucap Sena menutup pembicaraan.

Ia memalingkan wajahnya. Meski tidak melihat Daniel, Sena bisa menangkap perasaan senang Daniel tanpa harus bertanya.

Dan tentunya ia tidak ingin bertanya lebih lagi, karena jujur saja ia takut jawaban Daniel akan menyakiti hatinya.

Lebih baik ia tidak mendengar apapun daripada ia harus mengeluarkan air matanya saat ini.

Bad Boy | Kang Daniel [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang