10

10.2K 688 78
                                    

"Mau ke mana?" tanya Sena yang mendapati Daniel terburu-buru mengambil kunci mobilnya.

"Gue keluar bentar ya. Lo jangan kemana-mana. Kalau mau keluar hubungi gue," perintah Daniel ke Sena.

Kemudian Daniel mengalihkan pandangannya menuju Jihoon.

"Gue titip Sena bentar."

Jihoon mendengus, "tadi aja protektif lo."

"Hari ini doang elah. Besok-besok nggak boleh," kalimat Daniel kembali dibalas dengusan oleh Jihoon.

"Berapa lama?" tanya Jihoon.

"Nggak lama," jawab Daniel sambil melangkah menuju pintu.

"Ketemu Hera ya?"

Pertanyaan tersebut membuat Daniel mendadak menghentikan langkahnya.

"Kepo," jawabnya singkat kemudian melanjutkan langkah kakinya.

Sena memerhatikan Daniel hingga sosoknya tenggelam di balik pintu.

Jihoon yang melihat perubahan raut wajah Sena kemudian membuka percakapan.

"Udah makan?" tanya Jihoon menyadarkan Sena.

Sena menggeleng.

"Jangan bilang lo belum makan dari pagi?"

Sena tersenyum lebar, "gue laper."

"Ya jelas aja laper! Ayo makan," ajak Jihoon yang sudah menarik pergelangan tangan Sena keluar.

*****

Tok tok tok.

"Hera?" panggil Daniel yang sudah berdiri di depan pintu rumah Hera.

Setelah beberapa kali mengetuk, tak lama seseorang membukakan pintu.

"Oh, halo Tante," sapa Daniel sopan sambil membungkukkan tubuhnya.

"Kita memang sudah lama nggak bertemu, tapi jangan manggil tante dong," ucap lawan bicara Daniel.

"Maaf, Bunda. Hera ada di dalam? Ada apa Bun? Hera baik-baik aja kan?" tanya Daniel bertubi-tubi.

Bunda hanya menatap Daniel heran kemudian tertawa ringan, "kenapa sih? Hera baik-baik aja kok. Nungguin kamu daritadi."

Terdengar helaan napas lega dari Daniel. "Anak itu selalu bikin khawatir."

"Ayo masuk, Niel," ajak Bunda dan dijawab anggukan oleh Daniel.

Setelah masuk, Hera yang entah datang darimana langsung berlari memeluk Daniel.

"Mana katanya kamu lagi sakit?!" tanya Daniel dengan nada kesalnya.

Hera tertawa. "Habis Hera suruh mampir Kak Niel nggak mau."

Daniel menghela napas, "nggak gitu juga. Kakak khawatir," kata Daniel dan mengusap puncak kepala Hera.

Bunda hanya tersenyum melihat kelakuan anaknya. Toh, bukan salah Hera kalau dia sangat rindu dengan Daniel.

"Udah peluk-pelukannya. Niel, makan dulu yuk. Bunda masak banyak ini," ajak Bunda.

"Nggak usah bunda, sebentar lagi Daniel pulang," tolak Daniel.

"Kok buru-buru? Kamu nggak kangen bunda?" tanya bunda yang mau tidak mau akhirnya di-iyakan Daniel.

*****

“Lo gentong banget sih!” teriak Jihoon yang terheran melihat Sena telah menghabiskan bermangkuk-mangkuk ramen.

Bad Boy | Kang Daniel [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora