31

4.1K 340 60
                                    

Kali ini sekolah bukanlah sesuatu yang menyenangkan lagi bagi Sena.

Semuanya berubah.

Perlu diperjelas? Semuanya.

Kalau biasanya Sena akan berangkat ke sekolah bersama dengan Daniel, yang notabene adalah pacarnya, entah menggunakan motor atau mobil, sekarang Sena berangkat sendiri dengan menggunakan transportasi umum.

Dan kali ini ia memilih menggunakan bus daripada taxi. Karena ongkos taxi terlalu mahal baginya.

Dan bus sebenarnya tidak seburuk yang orang pikirkan. Sena sendiri juga sudah memiliki kartu transportasi yang terkadang ia gunakan kalau harus pergi ke luar.

Setelah melangkahkan kaki masuk ke dalam bus, Sena mengambil tempat di belakang, dekat jendela.

Bus tidak terlalu ramai, dan itu menguntungkan baginya karena ia sedang dalam mood yang ingin sendirian saat ini.

Belum sempat memasang earphone ke telinganya, seseorang mengagetkan Sena.

"Lo ngapain?" suara yang sangat familiar terdengar oleh Sena.

Ia menengadahkan kepalanya, mencari tahu siapa orang itu.

"Ong?"

Ong menggaruk belakang kepalanya, "gue boleh duduk di sini nggak?" tanya Ong.

Ong menunggu jawaban Sena beberapa saat, lalu mengambil tempat di samping Sena setelah dirasa mendapat persetujuan dari Sena.

"Kenapa naik bus?" tanya Sena memecah keheningan.

"Harusnya itu pertanyaan gue, biasanya kan lo berangkat bareng Daniel."

Kalimat Ong menohok Sena. Ia pasti akan dihadapkan pada situasi di mana semua orang akan bertanya padanya. Tapi ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak peduli.

Ia tidak ingin sedih lagi, cukup tadi pagi, dan untungnya tidak mengakibatkan wajahnya bengkak.

Toh untuk apa dia memikirkan Daniel, kalau Daniel saja tidak memikirkan Sena.

Memberi kabar saja tidak, hanya sebuah pesan yang Daniel tulis entah kapan dan ia tinggalkan di meja entah kapan.

Bahkan Sena tidak tahu kapan tepatnya Daniel pergi, dan kapan Daniel akan kembali.

Sena tersenyum miris saat mengingat hal itu kembali.

"Sen? Ada masalah?" tanya Ong setelah didapatinya Sena sedang melamun.

Sena terkesiap lalu buru-buru menampakkan senyumnya.

"Nggak tahu gue dia ke mana," jawab Sena seadanya.

Ia harus memilih untuk jujur dengan keadaannya atau berbohong dengan mengatakan semuanya baik-baik saja.

Tapi tidak bisa, itu bukan Sena.

"Lo nggak tahu dia ke mana?" ulang Ong, "dia pergi dan nggak ngabarin lo?" tanya Ong lagi, memastikan.

Seperti biasanya, Onglah yang paling peka di antara semua orang yang Sena temui.

Sena mengangguk, "ngasih kabar sih, tapi entahlah, gue nggak tahu dia ke mana."

"Dan lo nggak tahu juga kapan dia bakal balik?"

Bingo!

Sepertinya tanpa Sena bersuarapun, Ong akan lebih dahulu mengetahui jawabannya.

Ong menyandarkan punggungnya dengan nyaman di kursi bus sebelah Sena.

"Ada keperluan mendesak kali, nggak usah terlalu dipikirin."

Ong sedang berusaha menenangkan Sena. Itu yang Sena tangkap dari perkataan Ong.

Bad Boy | Kang Daniel [COMPLETED]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora