18

5.2K 386 49
                                    

Sena memutuskan untuk pulang terlebih dahulu karena tidak ingin pulang dengan Daniel.

Iya, Sena ingin menghindari Daniel untuk saat ini. Ia tidak ingin bertemu dengan Daniel.

Oh, atau sebenarnya Daniel akan menyuruh Sena pulang sendiri karena ia memilih untuk menghabiskan waktu dengan Hera terlebih dahulu.

Sena menghela napas berat dan terus berjalan ke luar sekolah setelah terlebih dahulu mengambil tasnya dalam kelas.

"Mau gue temenin?"

Suara berat seseorang mengagetkan Sena. Ia menghentikan langkahnya dan menoleh ke sumber suara.

Ia mendapati wajah pria tinggi dengan senyuman miring khasnya.

Tanpa sadar, Sena menggerakkan kakinya dua langkah ke belakang dan membuat orang di hadapannya mengernyit.

"Kenapa? Kaget gitu lihat gue," tanya Ong heran.

Sena terdiam. Daniel menyuruhnya untuk menjauhi Ong, karena itu Sena mulai menyematkan pemikiran kalau dia harus berjaga jarak dengan Ong.

Tapi..

Siapa Daniel dengan seenaknya mengatur hidup Sena? Dia bisa dengan mudah melakukan segala hal yang dia suka bersama Hera, kenapa Sena tidak?

Sena menormalkan ekspresinya kemudian melangkah maju mendekati Ong.

"Siapa yang nggak kaget, orang lo muncul tiba-tiba gitu," ucap Sena dengan ekspresi kesal yang dibuat-buat.

Ong mendengus kecil. "Gue jalan di samping lo dari tadi kalau lo mau gue kasih tau."

Sena menatap Ong tak percaya. Lah, kenapa dia nggak sadar ya?

"Ya, ya, gue paham sih. Orang kalau lagi patah hati emang nggak bakal peduli sama keadaan sekitar," lanjut Ong dan mendapat balasan wajah memerah Sena.

"Eh! Jangan sembarangan kalau ngomong ya. Siapa yang lo maksud patah hati ha?!" teriak Sena kelewat kencang, tersinggung dengan ucapan Ong.

Meski ucapan Ong sepenuhnya benar. Tapi Sena tidak ingin mengakui itu.

Ong sedikit bergidik terkejut mendengar teriakan Sena. Karena gerbang sekolah masih sepi, hanya ada beberapa satpam dan petugas kebersihan, suara Sena jadi terasa menggema.

"Sen aduh. Untung nggak punya riwayat jantung gue," kata Ong sambil mengelus-elus dadanya sendiri. Ya iyalah masa dada Sena.

Sena berdecak kemudian melangkahkan kembali kakinya tanpa memedulikan orang di sampingnya.

"Udah ah gue males debat sama lo, minggir!" bentak Sena sambil mendorong-dorong Ong. Padahal posisi Ong juga nggak ngehalangin jalannya.

Meski didorong-dorong dengan kurang manusiawi oleh Sena, tapi Ong tetap mengekori Sena.

"Mau ke mana?" tanya Ong.

"Bukan urusan lo," jawab Sena ketus.

Ong tetap tidak menyerah. "Gue mau nawarin tumpangan nih."

"Nggak, makasih. Gue naik gojek aja," tolak Sena.

"Ya udah anggep aja gue abang gojek."

Sena menghentikan langkahnya dengan tiba-tiba, membuat Ong di belakangnya dengan tidak sengaja menabrak Sena sehingga Sena sedikit terdorong ke depan.

"Maap, siapa suruh lo ngerem mendadak," kata Ong menarik tangan Sena agar tidak terjungkal.

Sena menatap Ong garang. Sedangkan Ong hanya bisa menelan ludah dan mengalihkan pandangannya ke sekitar, pura-pura tidak melihat Sena.

Bad Boy | Kang Daniel [COMPLETED]Where stories live. Discover now