4

15K 895 50
                                    

Amarah Sena sudah sampai di ubun-ubun sekarang.

Bagaimana tidak?

Salah satu murid di bawah naungannya sebagai wakil ketua OSIS, hampir merusak masa depan siswi baru di sekolahnya.

Sena benar nggak habis pikir. Bisa-bisanya ada orang yang mesumnya nggak kira-kira.

Mesum ya mesum, nggak di sekolah juga!

Sena sudah mengitari seisi sekolah untuk mencari keberadaan Daniel, dan ditemukannya di tangga dekat lorong ruang OSIS.

Tanpa ba-bi-bu, Sena segera menghampiri si target, menghadapkan wajahnya ke arahnya dan menarik kerah bajunya.

Setelah itu,

BUAGH!!

Daniel terhuyung ke belakang meski tidak sampai tersungkur.

"Sori, gue bener-bener nggak tahan pengin hajar lo."

Ia berpegangan pada sisi tangga dan mengusap sudut bibirnya yang ternyata mengeluarkan darah.

Daniel belum sempat melihat siapa yang menonjoknya, tapi dari suara yang terdengar. Ia yakin orang itu Sena.

"Wah, tenaga lo boleh juga untuk ukuran seorang wanita. Gue nggak sabar nguji seberapa lama kemampuan lo pas nanti 'main' sama gue," ujar Daniel santai.

Meski Sena sudah hampir meledak, ia masih mati-matian menahan diri agar tidak melayangkan tinjuannya yang kedua kali.

"Gue kok pengin lihat lo mati aja ya?" ungkap Sena dengan tangan yang masih mengepal.

"Nanti lo kangen sama gue," jawab Daniel dan menatap Sena.

"Cih. Nggak ada ceritanya gue simpati sama brengsek kayak lo."

Tatapan Daniel menjadi intens. "Gue brengsek ya, Sen?"

Sena tertawa mengejek, "jadi selama ini nggak sadar kalau lo punya sifat binatang?"

"Emang apa yang gue lakuin?" tanya Daniel sambil tertawa.

"Bgst! Udah berapa cewek yang lo rusak sih, El?"

"Gue nggak hamilin dia, Sena."

"Gue nggak peduli lo masukin 'itu' lo ke dia atau nggak! Yang gue permasalahin di sini sikap lo! Kalau gini terus, bukan cuma cewek yang lo ajak main yang rusak. Masa depan lo juga!"

Daniel tersenyum. "Masa depan ya? Emang gue punya masa depan?"

Sena menghela napas jengah, dan mengusap wajahnya kasar.

"Sadar kan kalau lo nggak punya masa depan. Lo bisa berubah, El." Kali ini Sena melembut.

Ia nggak bisa terus-terusan emosi, atau rambutnya akan semakin menipis sebelum waktunya.

"Nggak bisa Sen. Gue udah rusak dari awal. Mungkin lo nggak akan nyangka seberapa rusak gue. Hidup gue, jauh lebih liar dari yang lo bayangkan," jelas Daniel dan berjalan mendekat ke Sena.

Kali ini mereka berhadapan, Sena menatap Daniel tepat di maniknya.

"Lo nggak bisa seenaknya nyuruh orang berubah. Nggak semudah itu, sayang. Hidup gue ya gini. Gue juga nggak peduli mau sampe kapan kayak gini. Mungkin juga gue udah mati sebelum waktunya tiba, sesuai yang lo harapkan. Toh, nggak cuma lo kok yang mengharapkan itu."

Perkataan Daniel sukses membuat Sena tertegun.

"El-"

"Gue nggak papa."

"Bukan itu-"

"Gue nggak papa, sayang."

Ck! Ini orang pede banget.

Bad Boy | Kang Daniel [COMPLETED]Where stories live. Discover now