29

4.2K 318 31
                                    

Sena mengetuk kamar Daniel beberapa kali sambil menggerutu kesal.

"Gue masuk nih!" teriak Sena dari luar dan masih tidak mendapat balasan dari Daniel.

Sena menghembuskan napas kasar dan akhirnya memutuskan untuk masuk ke kamar Daniel yang sebenarnya tidak terkunci.

"El!" teriak Sena tepat saat ia membuka pintu kamar Daniel dan sedetik kemudian menganga lebar.

Dengan langkah besar Sena menghampiri Daniel dan mengguncang-guncang tubuhnya yang masih tergeletak di kasur.

"Bangun woy, udah siang!" seru Sena dan hanya dibalas erangan oleh Daniel.

Sena mendengus kesal kemudian membuka tirai kamar lebar-lebar sehingga cahaya matahari dapat dengan mudah menembus menerangi kamar Daniel.

Sena masih menunggu, sedetik, dua detik..

"KANG DANIEL!"

Daniel sedikit terperanjat mendengar teriakan Sena. Ia hanya melirik Sena sekilas dan menarik selimutnya ke atas untuk menutupi seluruh tubuhnya agar tidak terkena sinar matahari.

Melihat itu, Sena dengan paksa menarik selimut yang menutupi tubuh Daniel dan membuangnya sembarangan.

"Sena, ini hari libur!" gerutu Daniel sambil menutupi wajahnya dengan guling.

Sena menggelengkan kepalanya heran melihat tingkah bocah besar ini.

"Gue mau ke cafe Guanlin, serah lo mau ikut atau nggak," ucap Sena lalu berjalan keluar meninggalkan Daniel.

"Sama siapa?" tanya Daniel dengan suara sangat pelan hampir tidak terdengar.

Sena masih bisa mendengar suara samar-samar Daniel. "Dijemput Ong."

Daniel terdiam beberapa saat dan seketika terlonjak kaget. Ia melebarkan matanya dan mengedipkannya beberapa kali.

"Siapa?"

"Ong."

"Nggak boleh!" teriak Daniel sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Sena memandang Daniel kesal. "Siapa suruh lo nggak bangun-bangun daritadi?!" seru Sena lalu berjalan keluar dari kamar.

Daniel langsung bangkit dari tempat tidurnya dan mengejar Sena.

"Nggak-nggak, biar gue yang anter!"

"Kenapa nggak boleh?"

"Pokoknya nggak boleh!"

Sena mengeluarkan senyum gelinya. "Cemburu yaa?"

Daniel menganggukkan kepalanya berulang-ulang seperti anak kecil dan membuat Sena jadi gemas sendiri.

Ia menghampiri Daniel lalu mencubit pipinya singkat.

"Bercanda, gue pergi sendiri."

"Bener?"

Sena mengangguk.

"Naik apa?"

"Jalan lah, kayak cafe Guanlin ada di ujung dunia aja."

"Tunggu bentar, gue anter."

Sena menggeleng. "Lo kelamaan. Gue telat, bye!"

"Jangan lupa ntar sore, Sen!"

"Iyaa!"

"Ntar gue nyusul ke sana!"

Sena melambaikan tangannya setelah keluar melewati ambang pintu.

Sebenarnya ini di luar jadwal sih. Harusnya tutor cuma 2 kali dalam seminggu, tapi ada beberapa murid yang menginginkan tambahan tutor.

Bad Boy | Kang Daniel [COMPLETED]Where stories live. Discover now