Chapter 44

1.4K 33 11
                                    

Sudah dua hari sejak penetapan hukuman untuk Salsa, Aura dan Dito tidak bertegur sapa. Sebenarnya Dito ingin menyapa Aura terlebih dahulu, tapi hal itu dia urungkan agar Aura menyadari niatnya dibalik semua ini semata-mata hanya untuk kebaikannya. Namun sepertinya Aura masih keukeuh pada pendiriannya. Buktinya Aura masih mendiamkannya.

Baiklah kali ini Dito akan mengalah. Dia akan mencoba berbicara pada Aura. Semoga saja Aura merespon ucapannya nanti.

"Kalian masih marahan?" tanya seseorang yang berhasil membuat Dito menghentikan lamunannya.

Dito menoleh, menatap Rommi yang kini tengah menatapnya  meminta penjelasan.

"Apa?" seakan tidak mengerti maksud Rommi, Dito malah balik bertanya.

"Nggak usah pura-pura bego deh," kesal Rommi. Dito terkekeh kemudian menjawab.

"Gue bingung harus ngelakuin apa. Udah dua hari Aura marah, jangan kan nyapa gue, chat gue aja nggak dibales," eluh Dito. Rommi tertawa meledek.

"Lain kali kalo cewek lo minta sesuatu, turuti. Sekarang lo bingung kan harus gimana supaya Aura maafin lo," omel Rommi, Dito jadi kesal mendengarnya.

"Tapi yang gue lakuin ini udah bener, Rom. Ya kali gue bebas in orang yang udah nyakitin cewek gue. Gak mungkin lah," Dito tak ingin disalahkan.

"Gue tau apa yang lo lakuin itu bener. Tapi nggak ada salahnya kan lo dengerin dulu apa yang Aura minta, atau setidaknya lo kasih sedikit pengertian ke dia,"

"Iya iya gue salah. Puas? Gue lagi pusing, percuma lo bacot sana sini nggak bakal masuk ke pikiran gue. Mending lo kasih saran atau apalah, yang kira-kira bisa buat hubungan gue sama Aura jadi kaya dulu," kesal Dito.

"Bodo, gue nggak peduli,"  balas Rommi tak kalah kesal.

"Lo punya saran nggak? Jangan bilang nggak ada,"

"Nah itu lo tau," balas Rommi. Dito menghela napas kasar.

"Gue sama Safa juga pacaran, kami juga sering berdebat karena hal-hal kecil. Tapi nggak kaya lo sama Aura, dikit-dikit ngambekan. Untung gue nggak punya cewe kaya Aura, kalo nggak bisa stress gue," ucapan Rommi seketika membuat Dito menatapnya dengan tatapan membunuh.

"Kalo lo nggak mau kasih saran, its oke. Nggak masalah. Tapi gue nggak suka ya cara lo ngomong barusan. Apapun sifat buruk yang ada di diri Aura, nggak akan pernah ngerubah rasa sayang gue ke dia. Dan satu lagi, jangan pernah samain Aura dengan cewe mana pun, karena udah pasti Aura itu beda dari cewe lain. Pahamin itu!" ucap Dito kemudian berlalu meninggalkan Rommi yang masih bingung atas respon Dito barusan. Sebenarnya sahabatnya ini kenapa? Kenapa hari ini dia selalu marah karena hal-hal kecil. Apa perkataannya barusan salah? Tidak kan.

————

Setelah Dito pikirkan semuanya dengan sangat matang, Dito akhirnya memutuskan untuk mengajak Aura berbicara sepulang sekolah nanti. Dia akan mengajak Aura makan atau sekedar pergi ke taman. Entahlah, Dito mulai lelah dengan sikap diamnya Aura beberapa hari ini. Apapun permintaan Aura hari ini Dito janji akan  menurutinya, dengan syarat Aura memaafkannya.

Bel pulang yang ditunggu Dito sejak tadi akhirnya berbunyi juga. Sebenarnya Dito gugup dan bingung bagaimana cara agar Aura menerima ajak kan nya nanti. Sekedar membayang kannya saja terasa sulit. Tidak masalah, Dito akan mencobanya.

Sejak tadi Dito tidak pernah beralih menatap Aura yang tengah bercanda ria dengan Riri dan yang lainnya. Lihat, dia tertawa seakan tidak ada masalah. Gadis itu bahkan tidak menyadari bahwa Dito tengah memperhatikannnya sejak tadi. Dan ya, saat ini detak jantung Dito berdetak lebih cepat dari biasanya.

REALLY?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang