Chapter 8

3.6K 201 11
                                    

Selamat membaca..

----------------

Bel masuk baru saja berbunyi, membuat seluruh siswa berbondong-bondong masuk kelas.

Berbeda dengan Aura, saat orang-orang bersiap menerima pelajaran, Aura justru masih melanjutkan obrolannya bersama Safa.

"Riri nggak masuk," Tanyanya pada Safa yang tengah memainkan ponsel.

Aura baru mengetahui pagi tadi bahwa Riri tidak masuk sekolah, seseorang mengantarkan surat izin Riri tadi pagi.

Safa mengganggukkan kepala sebagai jawaban.

"Yaampun.. Riri kebiasaan deh. Kalo lagi dibutuhin pasti aja nggak masuk. Terus siapa yang nganterin aku tempat Roy??" Aura mulai meng-gerutu.

"Sory Ra gue nggak bisa nemenin lo, soalnya sepulang sekolah nanti gue mau kebogor sama nyokap." Safa berharap Aura bisa memaklumi keadaannya.

"Iya Faa gapapa"

"Lagian lo mau ngapain sih tempat Roy? Nggak ada gunanya tau ga." Komentar Safa.

"Aku kangen sama kak Roy. Dan cara satu-satunya buat ngobatin rasa kangen itu, aku kesana." Ekspresi Aura seketika berubah saat ia mengungkapkan rasa rindunya yang mendalam akan kehadiran Roy.

"Iya deh terserah lo aja." Jawab Safa singkat. Kemudian kembali memainkan ponselnya.

Obrolan mereka segera terhenti, saat mereka mengetahui kedatangan Bu Eka - guru Bahasa Arab nya.

Semua siswa segera duduk ditempatnya masing-masing. Begitu pun Aura dan Safa.

Ada sesuatu yang berbeda dari hari biasanya. Kali ini ia tidak sendiri. Ia membawa seorang anak perempuan berambut pirang bersamanya. Anak itu mengenakan baju seragam yang sama seperti kami.

Aura yang mengetahui kedatangan anak itu, dengan cepat mengajukan pertanyaan ke Safa.

"Faa " Panggilnya lirih. Sangat kecil. Mungkin hanya mereka berdua yang bisa mendengarnya.

Merasa ada seseorang yang tengah memanggilnya, Safa segera menoleh. Menatap Aura dengan tatapan bingung penuh tanda tanya.

"Apaan?" Jawabnya dengan lirih pula - takut obrolan mereka didengar oleh Bu Eka.

"Itu siapa?" Aura mengalihkan pandangannya kearah cewek itu.

"Aheelahh mana gue tau. Baru juga liat." Ketus Safa.

"Mungkin anak baru," Sahut Dina dari arah samping, yang mungkin mendengar percakapan mereka. Membuat Aura dan Safa secara bersamaan seketika menoleh, menatap Dina dengan tatapan serius.

Dina menyengir - menatap Safa dan Aura.

"Soryy. Gue tadi nggak sengaja denger obrolan lo berdua." Katanya kembali menyengir memperlihatkan sederet gigi putihnya.

"Sok tau luu," Sahut Safa.

"Gue kan cuma nebak." Dina membela diri.

"BTW dia cantik yaa. Bakal jadi saingan lo nih Raa." Lanjut Dina yang mulai meledek Aura.

"Gapapa dong kalo ada yang nyaingin. Aku seneng kok," Jawab Aura santai, seolah tak peduli dengan kata-kata yang diucapkan Dina barusan.

Semua perhatian tertuju pada satu orang. Anak yang bersama Bu Eka. Orang-orang menatapnya dengan tatapan beraneka ragam - ada yang menatapnya biasa saja, ada yang menatapnya semeringah -terutama nando playboy kelas kakap, ada pula yang menatapnya sinis.

Kedatangan anak itu dikelas kami hari ini, membuat seisi kelas riuh gempita - seakan terjadi diskon besar-besaran yang hanya berlaku dalam satu jam.

REALLY?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang