Chapter 42

2.2K 75 4
                                    

"Ikut gue sekarang. Lo harus tanggung jawab karena lo udah nyulik Aura," kata Dito seraya menarik paksa tangan Salsa untuk mengikutinya. Aura diam, tidak tau harus berbuat apa. Mencegah pun rasanya percuma, kali ini Dito tidak akan mendengarkan siapa pun, termasuk dirinya.

"Gue nggak mau!" Salsa menghempaskan tangan Dito kasar.

"Lo mau atau enggak, gue nggak peduli. Gue tetap akan bawa lo  ke kantor Polisi," mendengar kata 'Polisi' seketika tubuh Salsa menegang.

"Ra, gue mohon jangan laporin gue ke Polisi. Gue tau gue salah, gue minta maaf. Gue janji nggak akan ngulangin lagi, tapi please jangan bawa masalah ini ke kantor Polisi," kata Salsa memohon.

"Aura nggak bakal bisa nolong lo, jadi percuma lo mohon-mohon sama dia. Daripada lo 'ngoceh nggak guna, mending lo diem dan ikut gue ke kantor Polisi sekarang!" bentak Dito kemudian menyeret Salsa dengan kasar. Sebenarnya Aura tidak tega melihat Salsa kesakitan karena cengkraman tangan Dito, tapi disisi lain dia juga tidak bisa berbuat apa-apa selain diam.

"Dit--" Aura berusaha mencegah Dito agar tidak membawa Salsa ke kantor Polisi.

"Kalo kamu mau ngehalangin aku buat bawa Salsa pergi dari sini, mending kamu diem aja," potong Dito seakan tau maksud Aura.

"Tap--"

"Dia udah nyakitin kamu. Dia udah buat aku, keluarga kamu, sama teman-teman kita khawatir,  terus kamu ngelarang aku untuk nggak ngelaporin dia ke Polisi?" meski nadanya lembut, Aura tau sekarang Dito tengah emosi.

"Tapi nggak ada salahnya kan kalau kita maafin Salsa? Kita bisa bicarain semuanya baik-baik sampai masalahnya selesai, tanpa harus melibatkan Polisi," Aura tetap keukeuh membela Salsa.

"Kalau dengan minta maaf aja masalah bisa selesai, terus apa guna Polisi?" pertanyaan Dito membuat Aura diam. Sepertinya usahanya untuk mencegah Dito hanya akan sia-sia. Buktinya tidak ada tanda-tanda kalau Dito akan mengiyakan ucapannya.

"Yaudah terserah kamu aja!" kesal Aura kemudian berlalu.

"Ra, plis tolongin gue. Cuma lo satu-satunya orang yang bisa bantu gue. Ra gue mohon, gue janji nggak akan ngulangin ini lagi," teriak Salsa, Aura tidak menjawab. Berada diantara mereka hanya akan membuat kepalanya semakin pusing, jadi lebih baik dia pergi.

"Lo nggak denger apa yang gue bilang tadi? Aura nggak bakal bisa nolong lo. Bukan cuma Aura tapi siapa pun termasuk orang tua lo!" tekan Dito.

"Enggak. Lo bohong. Orang tua gue pasti datang untuk nyelamatin gue, mereka sayang sama gue. Jadi nggak mungkin kalau mereka nggak akan nolong gue," jawab Salsa kemudian meneteskan air mata.

"Kita liat aja nanti. Gue atau lo yang bener!" tantang Dito.

"Pasti gue!" jawab Salsa percaya diri.

"Diem. Sekarang lo ikut gue ke kantor Polisi. Oiya, siapin mental sebelum lo masuk kantor Polisi. Disana banyak orang-orang jahat yang mungkin akan nyakitin lo, sama kaya lo nyakitin cewek gue!" ancam Dito, Salsa semakin terpojok dibuatnya.

"Gue punya orang tua. Mereka pasti nggak akan biarin gue di penjara gitu aja!" teriak Salsa histeris.

Dito mengabaikan teriakan Salsa, dia tidak peduli walau gadis itu menangis sekalipun. Jangan salah kan Dito kalau dia  berbuat demikian, siapa suruh  menyakiti Aura nya. Siapa pun orang yang menyakiti Aura akan berurusan dengan nya, tidak peduli siapa pun itu.

Ditempat lain, Aura tengah berjalan lemas mencari keberadaan teman-temannya. Sebenarnya dia tidak tau pasti dimana posisi mereka sekarang, dia juga lupa bertanya pada Dito. Meski begitu dia terus berjalan  sampai akhirnya teriakan seseorang membuatnya menoleh.

REALLY?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang