Chapter 39

1.3K 40 9
                                    

Aura mengerjapkan matanya beberapa kali, berusaha mengenali tempat dimana dia berada.

"Ini dimana?" tanya Aura pada dirinya sendiri. Aura menoleh, menatap daerah sekitarnya. Apa ini sudah malam? Kenapa tempat ini gelap sekali? Siapa yang membawanya kesini?

Berbagai macam pertanyaan muncul dipikiran Aura. Ingin rasanya dia segera pergi dari tempat ini, tapi disisi lain dia tidak bisa melakukan itu,  karena tangan dan kakinya dalam keadaan diikat.

"Argh," desah Aura kesal karena tidak berhasil melepas tali yang mengikat tangan dan kaki nya.

Aura terus berusaha melepaskan tali itu, sayangnya tidak berhasil.   Tali itu diikat sangat kuat, sungguh Aura tidak bohong.

Sambil berusaha melepas tali itu, Aura sambil berfikir, Sebenarnya siapa yang tega melakukan ini padanya? Apa kesalahan yang dia buat sampai mendapat perlakuan ini?

Aura diam. Dia sudah kehabisan tenaga untuk memberontak dan meminta tolong. Lebih baik dia diam dan menunggu kedatangan seseorang yang mungkin akan menyelamatkannya.

"Dit, kamu dimana? Aku butuh kamu," kata Aura lirih.

Aura menatap daerah sekitarnya miris. Ada banyak barang tidak terpakai tepat di hadapannya, mulai dari kursi, meja, kardus, bahkan lemari yang sudah tidak terpakai. Aura bisa merasakan kalau disini terdapat banyak debu yang membuatnya semakin  tidak nyaman berlama-lama ditempat ini.

Apa boleh buat, dia tidak bisa melakukan apa-apa selain menunggu penyelamatnya datang. Akan kah Dito yang menjadi penyelamatnya? Entahlah, Aura sendiri tidak yakin.

Bukan tanpa alasan Aura mengatakan hal demikian, Aura bisa merasakan bahwa tempat ini jauh dari tanda-tanda kehidupan. Tidak ada satupun suara orang sejak Aura tersadar dari pingsan nya tadi. Bahkan sampai sekarang, hal itu tetap sama. Hanya keheningan yang menemani nya malam ini.

Jujur, Aura bukan lah orang yang pemberani. Sama seperti kebanyakan perempuan, dia juga takut akan kesepian. Karena kata orang hantu senang pada tempat yang sepi. Dan sekarang hanya ketakutanlah yang tengah Aura rasakan.

"Ma, Mama Aura takut," kata Aura lirih, seraya terus berusaha melepas tali ditangan dan kakinya.

"Dito, Riri, Safa, Lissa, kalian dimana? Tolongin aku, aku takut," kata Aura diikuti air mata yang tanpa disadari tiba-tiba menetes.

"Ma, Pa, Aura takut," keluh Aura lagi.

Berulang kali Aura terus memanggil nama mereka, dengan harapan mereka akan datang untuk menyelamatkannya. Namun sepertinya itu hanya sebuah hayalan. Jangan kan untuk datang menyelamatkannya, mereka saja tidak tau dimana keberadaannya sekarang.

Ceklek

Suara pintu dibuka, membuat Aura seketika menghentikan tangisannya. Siapa orang yang membuka pintu itu? Apa orang itu yang membawanya kesini?

"Udah sadar? Lemah banget sih lo, belum diapa-apain aja udah pingsan. Nyusahin gue aja," seseorang berbicara pada Aura dengan nada kasar.

Dari suaranya Aura tau kalau dia seorang wanita, syukurlah setidaknya dia masih bisa bernapas lega saat mengetahuinya. Dia tidak bisa membayangkan kalau hanya dia dan pria tidak dikenal berada ditempat ini. Entah apa yang akan terjadi padanya hanya tuhan yang tau.

"Kamu siapa? Kamu yang bawa saya kesini?" tanya Aura berturut-turut. Aura tidak tau siapa orang yang sekarang ada dihadapannya, ruangan ini sangat gelap, membuat Aura sulit untuk mengenalinya.

"Lo nggak perlu tau gue siapa, karena itu nggak penting. Lo bener, gue yang bawa lo kesini. Sekarang lo udah tau kan? Terus lo mau apa?!" tanya gadis itu kasar.

REALLY?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang