Chapter 7

3.7K 232 34
                                    

Aura terus mengejar Dito, yang kini sudah semakin menjauh darinya. Sesekali ia berhenti sejenak, untuk melepas penat seraya mengatur pernafasannya.

Setelah merasa bahwa pernafasannya sudah mulai membaik, Aura kembali melanjutkan larinya.

Kini tubuh Dito sudah mulai terlihat-membuatnya sedikit tenang.

"Ditooo..." Teriak Aura dari kejauhan seraya terus berlari mendekatinya.

Dito menoleh.

"Ditt, tungguuu!" Aura kembali berteriak.

Dito yang mendengar itu, segera menghentikan jalannya. Ditunggunya Aura dengan sabar seraya terus menatapnya.

"Lo nggak usah lari. Gue tunggu kok." Dito dengan ikut berteriak.

Aura menghampiri Dito dengan nada terengah-engah.

" Sumpah dit..capek banget. Abis rasanya nafas ku." Aura mengeluh.

"Siapa suruh lo lari? Tadi gue udah ajak lo jalan, tapi lo nggak mau. Dan sekarang lo pasti lebih capek. Karna lo lari. Ya kan??. Coba aja tadi lo nurut dan nggak keras kepala, nafas lo pasti masih normal. Nggak sesek kayak sekarang." Dito manceramahi Aura.

"Iya-iyaa!" Jawab Aura lugas.

"Yaudah ayok jalan!" Ajak Dito kemudian berbalik.

Suasana jalan terlihat sangat sepi, tak ada satupun kendaraan yang melintasi jalan itu. Ditengah kesepian jalan, Aura dan Dito terus melanjutkan jalannya.

Langit terlihat sangat gelap, seperti akan turun hujan. Dan benar saja, selang beberapa menit hujan turun. Aura dan Dito menghentikan jalannya dan memilih untuk berteduh didepan sebuah ruko yang berwarna hijau.

1 menit berlalu.....

2 menit berlalu.......

3 menit berlalu......

Hujan tak kunjung reda. Aura dan Dito masih setia menunggu. Dito terus memperhatikan hujan yang tak kunjung reda. Sementara Aura sibuk memperhatikan jam tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul22.35. Tapi hujan tak kunjung reda.

Pikirannya semakin khawatir menatap setiap detik waktu yang berjalan. Hanya satu yang Aura inginkan malam ini, mama tidak memarahinya karna keterlambatan pulang.

" yaallah semoga mama ngerti! "Batinnya.

Dito melemparkan tatapan bingung kearah Aura.

" Lo kenapa Ra? Kedinginan?? Dari tadi diem aja" Kata Dito yang memperhatikan setiap gerak-gerik Aura.

"Nggak kok"

Dito melepas jaketnya kemudian memberikan jaket yang berwarna hitam itu ke Aura.

"Nii lo pake." Katanya seraya memberikan jaket itu.

". Buat apa??" Tanya Aura.

"Buat dipake lah. Masak diobral." Jawabnya asal.

"Nggak ah males." Katanya menolak.

"Udah, pake aja. Lo tu kedinginan. Ya kan??" Tebak Dito.

"Nggak tu, aku nggak kedinginan. Mungkin kamu yang kedinginan. Jadi jangan sok dukun."

"Yaudah kalo lo nggak kedinginan,yang penting lo pake aja jaket nya." Katanya kemudian menyerahkan jaket itu lagi

"Dit, kalo aku bilang nggak mau tu nggak mau!! Jangan maksaaa!!" Aura mempertegas kata-katanya.

Tanpa mendengarkan kata-kata yang batu saja di ucapkan Aura, Dito segera mengenakan jaket itu di tubuh Aura. Dipasangkannya jaket itu dengan sangat rapat.

REALLY?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang