Chapter 25

1.9K 85 3
                                    

Wahhh Terima kasih banyak buat yang kemarin udah komen REALLY. Makasih banyak yaa ^^. Meski komen nya bukan di kolom komentar, gapapa kok aku udah seneng. Sekali lagi makasih ya ^^ lopyu gaess😘


🍁🍁🍁


Aura baru saja sampai di rumah. Sungguh, acara ulang tahunnya kali ini sangat melelahkan. Aura masih tidak percaya dengan kejutan yang diberikan Dito hari ini. Dito menyiapkannya semuanya dengan sangat baik. Kue, dekorasi, semuanya Aura suka. Entah ide dari mana kejutan ini, Aura tidak tahu. Mereka bahkan sampai
mengerjainya dengan mengatakan bahwa Dito kecelakaan. Hampir saja Aura jantungan mendengarnya. Dan bodohnya, kenapa Aura bisa percaya dengan mudahnya? Untung saja tidak terjadi apa-apa pada Dito.

Oh, jangan lupa, Dito juga memberinya kado.

"Gue tau kado ini jauh dari kata mewah apalagi mahal. Tapi gue harap, lo nggak liat ini dari sisi harga ataupun bentuknya. Gue punya alasan kenapa gue ngasih lo kado ini," Aura tersenyum kecil mengingat kata-kata Dito sebelum memberikan kado itu.

Niat Aura meminta kado tadi hanya becanda. Dito mengingat ulang tahunnya saja Aura sudah senang. Tapi jika Dito memberinya kado juga Aura tidak akan menolaknya. Itu kan rezeki. Apapun kado yang diberikan Dito untuknya, Aura akan tetap menerimanya. Meski itu barang bekas sekalipun.

"Nih," kata Dito seraya memberikan kado itu pada Aura. Tanpa berfikir panjang, Aura pun dengan senang hati menerimanya.

"Boleh dibuka?," tanya Aura polos. Dito mengangguk cepat.

"Jangan dinilai dari harganya sayang," Aura mengangguk kemudian membuka kado itu.

Aura tersenyum penuh arti melihat kado yang diberikan Dito. Menara Eiffel. Paris! Oh my god, Aura ingin berteriak sekarang. Menaranya besar sekali!

"Ditoooooo! Bagus bangetttt!," teriak Aura histeris.

"Kamu suka?" tanya Dito terkejut dengan respon yang diberikan Aura.

"Suka bangetttttt," teriak Aura lagi. Dito tidak menyangka, sebegini histerisnya Aura dengan kado pemberiannya. Dia pikir Aura tidak akan menyukainya.

"Bagus kalo gitu, gue ikut seneng." jawab Dito. Aura menatap Dito terharu. Dan Dito tau sebentar lagi Aura akan memulai Drama nya, apalagi jika bukan menangis. Kenapa setiap Dito bersikap romantis dengannya Aura selalu menangis, sedangkan saat Dito marah Aura tidak pernah menangis. Dasar aneh!

"Kenapa lagi? Nangis? Terharu?" ledek Dito. Aura tidak menjawab pertanyaan itu, air matanya lah yang menjawabnya. Nah kan benar. Aura pasti menangis.

"Lo tuh hobi banget sih nangis. Nyesel kan jadinya gue beliin lo kado kalo ujung-ujungnya lo nangis Harusnya kalo dibeliin kado tuh bilang makasih. Ini? Boro-boro bilang makasih. Nangisnya yang di dululuin. Lo tuh tujuh belas tahun Ra, udah--" kata-kata Dito seketika terhenti saat tiba-tiba Aura memeluknya. Dito terkejut tapi dia berusaha bersikap biasa saja, seolah tidak terjadi apa-apa dengan hal yang dilakukan Aura. Padahal sekarang detak jantungnya sedang bergetar tidak karuan.

"Ma-makasih buat semuanya," ucap Aura.

"Iya," jawab Dito singkat karena masih terkejut dan berusaha setenang mungkin.

"Maaf aku belum bisa jadi cewek yang baik buat kamu, selalu buat kamu kesel setiap hari, nangis terus kayak anak kecil, maafin aku, karena memang inilah diri Aura sebenarnya," jelas Aura masih menangis. Dito sendiri bingung harus melakukan apa.

"Iya gapapa. Gue terima lo apa adanya Ra, gue nggak pernah mempermasalahkan sifat-sifat lo selama ini. Masalah gue yang nyeramahin lo barusan, itu gue lakuin supaya lo itu sedikit sadar kalo lo itu mulai dewasa," jelas Dito berharap Aura mengerti.

REALLY?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang