chapter 3

7.8K 415 117
                                    


Hai
Ada yang nunggu kelanjutannya?
Maap kan aku yang sudah lama tidak apdet. Lagi males soalnya.
Jangan sedih, kan sekarang udah apdet. Semoga kalian suka ya :')


Aura melangkahkan kaki menuju gerbang. Matanya berpaling menatap jam yang melingkar indah ditangannya.

Tepat pukul 07. Lima menit lagi bel berbunyi. Tapi, ia belum juga menemukan angkutan umum yang nantinya akab mengantarnya kesekolah. Mengetahui itu, Aura mulai panik.

Sebelumnya ini tidak pernah dialami Aura. Tapi sejak pak Budi sakit dan memutuskan untuk berhenti kerja, hampir setiap hari ia terlambat, karena ia harus menunggu angkot terlebih dulu.

Beruntung, tak lama kemudian angkutan umum lewat. Tanpa berfikir panjang, Aura segera menaikinya. Tak peduli meski ada beberapa ayam didalamnya. Awalnya Aura risih dengan adanya ayam-ayam itu, tapi jika ia tidak berangkat kesekolah menggunakan angkot itu, ia akan terlambat. Dan Aura tidak mau itu terjadi.

Setelah sempat bergulat dengan egonya, Aura akhirnya memutuskan untuk naik angkot itu. Meski itu terpaksa dilakukannya.

Dan, disini lah Aura sekarang. Ia sudah berada disekolah. Ia berjalan terburu-buru menuju kelas.

"Ra...tunggu..." Panggilan seseorang membuat langkah Aura terhenti. Ia memutar kepalanya ke belakang- penasaran dengan siapa yang memanggilnya. Dilihatnya Riri tengah berjalan tergesa- gesa kearahnya.

" Kamu kenapa Rii..?" Tanya Aura penasaran.

" Gu- gue hampir aja telat" Jawabnya dengan nafas ter-engah- engah.

"Lo udah ngerjain PR kimia?" Pertanyaan Riri membuat Aura terbelalak. Ia baru mengingatnya. Bahwa, ada tugas kimia yang diberikan Bu triniel minggu lalu. Dan sialnya, Aura belum mengerjakannya.

"Yaampunnnn..aku lupa. Gimana dong? Aku nggak mau kena hukuman"  Kata Aura histeris.

" Tenang...aku udah." Ucap Riri.

Mendengar kata-kata Riri, Aura melepas nafas lega. Rasa lega itu melebihi saat ia berhasil mengerjakan soal ujian. Bagaimana tidak, Bu Triniel, guru kimia mereka adalah salah satu guru yang terkenal galak. Terutama pada anak yang tidak mengerjakan tugas. Pernah waktu itu, tugas Aura tertinggal di rumah. Aura telah menjelaskan bahkan berusaha meyakinkan nya--meyakinkan bahwa ia telah mengerjakan tugas itu. Tapi, usaha itu sia-sia. Bu Trinil tidak mempercayainya. Sebagai hukumannya, Aura harus menyapu seluruh koridor kelas. Sulit di bayangkan betapa malunya Aura waktu itu. Dan itu membuat Aura kapok. Ia tidak mau lagi mengulangi hal bodoh itu untuk kedua kalinya.

" Yaampun Riii..kamu emang sahabat terbaik..." Kata Aura bahagia seraya memeluk Riri.

Orang-orang yang melihat itu, segera mengedarkan tatapan  aneh kearah mereka. Riri yang menyadari itu, dengan cepat melepaskan pelukan Aura. Bersamaan dengan bunyi bel.

Mendengar itu, Aura juga Riri berlari kencang agar segera sampai dikelas.

-----------------

Bel pulang baru saja berbunyi. Membuat seluruh siswa berhamburan keluar kelas. Termasuk Aura, Riri, dan Safa.

Dengan langakah yang tergesa-gesa, mereka  melangkah kaki melewati koridor menuju kantor.

Kali ini mereka akan pulang sedikit terlambat, karena Bu Dewi meminta Aura untuk mengumpulkan tugas kelompok di mejanya.

Aura adalah wakil ketua kelas. Kebetulan hari ini ketua kelas tidak hadir. Jadi sebagai wakil ketua kelas, Aura berkewajiban untuk menggantikan tugas yang seharusnya dilakukan oleh ketua kelas termasuk meletakkan buku tugas di meja guru.

REALLY?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang