Part 36 Aids

16.1K 563 42
                                    

Andien terkekeh senang kala melihat layar komputernya sedang mempertontonkan Arissa yang berada di sebuah apartemen lawas milik Baskoro. Ia diikat dan di sekap. Terlihat Dono dan rekan-rekannya memancar wajah penuh nafsu berdiri di balik pintu kaca yang mengawasi Arissa.

Andien tersenyum jahat. Gadis itu akhirnya masuk lubang neraka yang telah ia siapkan.

Andien merogoh ponsel dari sakunya, memanggil Dono segera.

Terlihat di layar komputer, Dono menerima panggilan.

"Kalian jangan sentuh dia. Dia jatahnya Batman"

"Bukan untuk kita lagi..." Dono menahan nafsu di tenggorokannnya. Ia sungguh meyayangkan kali ini, ternyata gadis ini di sediakan untuk Batman.

"Ini perintah. Sebentar lagi Batman dikirim pipi ke sana" gertak Andien mengakhiri pembicaraannya.

Andien tersenyum puas.

Lengan Baskoro kemudian meraih pinggang Andien agar jatuh menimpa tubuhnya, dan ia meremas bagian sensitif Andien, dan kursi putar itupun mulai membawa tubuh mereka berputar berapa kali, dan kemudian terhenti.

Secepat mungkin Andien bergeliat untuk bangkit, namun satu tangan Baskoro malah mencengkram lebih kuat agar tetap duduk di pangkuannya. Satu tangan lainnya mulai membuka kancing Andien.

Nafsunya mebuat ia tak sabar, karena kesulitan membuka kancing, akhirnya ia merobek kemeja Andien. Kini Andien hanya terlihat mengenakan braklet bewarna hitam, membuat seringai nafsu Baskoro makin memuncak.

Andien bergeliat meronta meminta lepas. Ia merasa jijik, bukankah malam tadi ia sudah memuaskan Baskoro sampai Fajar. Mengapa pria ini malah mengingininya lagi malam ini. Ini membuat ia jijik. Ia meronta, namun tenaganya sia-sia, yang ia rasakan tangan Baskoro malah kini mulai memutar tubuhnya, menaiki tubuhnya ke pangkuannya sehingga payudaranya terlihat jatuh tepat di atas mulut Baskoro.

"Jangan macam-macam pi... Mami  di kamar sebelah.."

"Ruang kerja ini kedap suara sayang.."bisik Baskoro.

"Jangan pi.. gue takut ketahuan mimi.." Andien tetap meronta, namun Baskoro telah tenggelam dalam dada Andien. Menggigit lembut dan mengisap milik Andien. Andien jijik, dan mendorong bahu Baskoro. Keras sekuat mungkin.

Baskoro kesal. Matanya terlihat marah dan arogan. Ia merasa Andien menolaknya kembali. Melihat kilat mata Baskoro, Andien menjadi ketakutan. Serigala kelaparan yang tak terpuaskan nafsunya, terlihat mengerikan.

"Jangan marah pipi, Andien cuma takut. Mimi di kamar sebelah pipi..." Alas Andien lembut dengan suara lemahnya, melunakan kemarahan Baskoro segera.

"Dia udah tidur sayang, pipi udah kasih pil tidur ..biar dia tidur sampai besok sore.." bisik Baskoro yang kemudian mencium pipi merah muda Andien, dan Andien hanya bisa bersikap pasrah, menyerahkan tubuhnya sekali lagi dan sekali lagi, dan ini akan berlangsung sapai fajar kembali.

Lelah deh gue...amit-amit...

Andien mengepulkan kekesalannya dalam asap nafasnya yang keluar dari mulutnya. Makin ia ingin mengutuk nafsu bejat Baskoro, makin ia mengepul asap lelah dari mulutnya.

"Tapi...Tristan..." Andien berucap kembali , sebelum Baskoro menarik turun roknya.

"Kamu nggak usah pikir...Tristan malam ini juga bakal tidur di rumahnya. Okey.."  balas Baskoro, dan tangan Andienpun tak menahan tangan ayah angkatnya untuk melucuti roknya dan rok itupun segera jatuh ke lantai.

"Lalu There..."

"Berisik!!!" Baskoro berteriak kesal, karena nafsunya terus di potong-potong oleh pertanyaaan-pertanyaan yang membuang waktunya.

Gadis Arisan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang