Part 34.Insomia

15.1K 532 18
                                    

Dengan mata Anjing yang terlihat pasrah Arissa menekuk ingin mencium bibir Bastian, namun pria itu malah menghindar.

"Kau terlalu banyak berpikir"

"...."

"Aku hanya ingin tidur..bukan bercinta..."

"...."

Bastian menarik pinggang Arissa hingga melengkung menyentuh dadanya, ia terbenam  untuk sementara di tulang selangka Arissa.  Tubuh yang tak memiliki aroma, namun terasa segar, setiap kali ia  terhisap terasa begitu nyaman untuknya dan membuai ia untuk tidur.

Satu detik...

Dua detik...

Tiga detik...

Matanya perlahan terkatup. Hanya berdiam di sekitar gadis ini bisa melenyapkan penyakit insomianya.

Setelah kehilangan Andra, ia tidak pernah memiliki kualitas tidur yang  bagus, ia akan mudah terjaga, Insomia berkepanjangan menjadi pemicu perangai buruk Bastian, bersikap ibilis dan arogan yang mengerikan. Bahkan hypnotis yang handalpun tak bisa menuntun ia untuk memiliki kualitas untuk tidur yang baik, dan iapun mengikuti berbagai saran untuk berganti-ganti mengencani  wanita di atas tempat tidur untuk membuat ia terlelap. Tak ada satupun yang membuat ia terlelap begitu nyaman. Hanya Arissa yang bisa, bukan karena ia begitu cantik dan memiliki tubuh yang putih halus miliknya. Tepatnya karena gadis ini pernah menyelamatkan hidupnya sekali, jadi terkadang ia merasa gadis ini peduli padanya. Bukan hanya hasrat untuk memiliki, namun baginya ia bisa melelapkan matanya mengalahkan obat tidur terbaik manapun.

Nafas yang awalnya terasa berat kemudian perlahan terdengar dengkur halus yang teratur, kecaman du pinggang melonggar.

Arissa mendongakan kepalanya, memastikan apa yang terjadi dengan pria di bawah tubuhnya. Mata biru yang biasa terlihat mengiris kini tertutup kelopak mata yang lebar. Ia tertidur. Ia bergerak perlahan, memastikan agar Bastian tidak terusik, ia kemudian menjatuhkan dirinya di samping Bastian. Arissa menarik nafas lega.  Sekarang ia sibuk mengutuki dirinya sendiri. Pria ini hanya ingin tidur. Mengapa ianmalah ingin menjual dirinya. Setampan apapun pria yang merayunya, seharusnya ia tidak terlihat menjadi mangsa yang mudah luluh.

🎶🎶🎶🎶🎶🎶🎶🎶

Dering ponsel Bastian yang berada di nakas meja membuat matanya terbuka lebar, terlihat emosi buruk berkilat di atas matanya yang merasa terusik. Segera Arissa berjingkit ingin mematikan ponsel yang berdering, namun satu tangan Bastian lebih dulu menggampainya.

Pang...

Ponsel tersebut jatuh menabrak lantai dengan satu hempasan.  Arissa mengedipkan matanya, mengingat merk ponsel limited edition dengan harga yang mencapai belasan juta tersebut, dihancurkan dengan mudah. Pria ini memiliki sifat membakar uang dengan mudah.

Deru emosi Bastian terdengar naik turun, mata merahnya terlihat menatap dirinya. Arissa merasakan firasat buruk seketika kala mata itu mengunci pada dirinya.  Secepat mungkin Arissa menarik nafas, menenangkan dirinya dan menerbangkan tangannya segera  menyentuh , dan mengelus kepala Bastian.

"Abaikan saja, tidurlah yang nyenyak. Cup..cup...nina bobo...nina bobo...kalau tidak bobo nanti di gigit setan"

Suara lembut Arissa menggumam kan lirik sembarang, namun mata lawannya terkatup setengah. Apa ia tak takut di gigit setan?

"Nina..bobo...o...nina bobo...kalau tidak bobo, nanti di gigit nyamuk..." Kali ini Arissa menyandungkan liriknya dengan benar.

Matanya terkatup setengah.

Apa cuma berhasil setengah? Arissa memikirkan hal lainnya, dan bersikap sedikit enggan awalnya, namun akhirnya jatuh bersandar di dadanya. Satu nafas berat yang menyentuh ufuk kepalanya kini berangsur perlahan-lahan mendengkur teratur. Ia kembali tertidur, tanpa Arissa harus bersenandung nina bobo.

Gadis Arisan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang