Part 32 Tahananku (1)

16.7K 588 31
                                    

Dengan langkah lebar dan panjang, Bastian melangkah panjang melewati koridornya, sesampai di pintu ketiga. Ia berhenti, menarik tungkai ganggang pintu, dan melangkah masuk ke kamar nuansa biru muda tersebut.

Di ranjang besar, sosok Arissa terkulai  tak sadarkan diri. Entah berapa lama ia berada di pinggir jalan. Bastian tidak ingin tau.

"Malam Tuan" sapa seorang pembantu yang menundukkan kepalanya.

Hening. Tak ada jawaban.  Menoleh ke asal suarapun tidak.

Mata birunya  terlihat prihatin ketika ia dengan seksama memperhatikan sayatan luka milik Arissa dengan jarak begitu dekat, iris biru  miliknya terus menatap lekat telapak kaki Arissa , terlihat sayatan luka yang masih ternganga, bukan hanya di telapak kakinya, sayatan di telapak tangannya pun menarik prihatinnya.

Menurut Tom  luka itu di dapatkan Arissa, ketika Arissa ingin melompat dari jendela. Malam saat ia menerima pesan Arissa, ia memang tidak berniat menolong Arissa. Hanya saja ia meminta Tom untuk mengirim anak buahnya, untuk sekedar mengintai tanpa harus menolongnya.

Bagi Bastian, Arissa belum memiliki kedudukan apapun di hatinya, jadi ia belum pantas mendapat perlakuan istemewanya. Jikapun ia pernah tidur bersama , hal itu didorong  karena obat perangsang, dan juga karena  Tristan mengitari Arissa, itu cukup membangkitkan rasa cemburunya karena mengingat Andra.

Tapi kali ini, ia kembali kehilangan simpatinya. Ia sudah cukup puas membuat Arissa jadi bekasnya. Jika Tristan ingin memilikinya, ia tidak akan masalah.

Ia murka, bahkan untuk memanggil dokterpun, Bastian tidak sudi.

"Sepertinya ia sangat kelelahan, sampai sekarang belum bangun tuan.." ucap wanita paruh baya tersebut mengusik Bastian.

Hening. Tak ada jawaban sama sekali.

Kemudian...

Hanya satu telapak tangan  yang melambai mundur ke arah pintu sebagai isyarat agar wanita paruh baya tersebut pergi.

Bastian duduk di tepi ranjang, mengambil kain kasa dan betadine yang tergeletak di atas kasur. Ia menuangkan cairan betadine pada kain kasa tersebut, dan mulai mengolesnya sekitar luka Arissa di mulai telapak tangannya dan kemudian telapak kakinya.

Ia melakukan hal ini bukan untuk Arissa, hanya saja luka sayatan mengundang rasa prihatinnya. Sayatan tersebut mengingatkannya pada Andra yang pernah mencoba bunuh diri. Hanya saja letak sayatannya Andra berada di urat nadinya.

"Egggh..." Igau Arissa mengerjapkan matanya perlahan, dan kemudian terlelap kembali. Satu titik air mata Arissa membuat Bastian sedikit membeku, ia memperhatikan air mata yang jatuh ke pipi tersebut.

Dalam mimpipun ia terlihat menderita dan menangis.

Perlahan jari tangan Bastian menyentuh butiran bening itu dan memecahkannya. Sempat awalnya ia terpukau akan kecantikan Arissa, namun logika Bastian tidak akan pernah mempercayai cinta pada pandangan pertama. Cinta pandangan pertama itu hanyalah rasa suka yang kan mudah hilang begitu saja.

Bastian menarik tangannya, jangan sampai ia terhanyut kasihan ataupun menganggumi Arissa kembali.

"Egggh...." Igau Arissa kembali, namun kali ini matanya malah terbuka lebar karena ia terbangun dari mimpi buruknya.  Manik mata Arissa perlahan menangkap manik mata biru milik Bastian, namun dalam sekejap manik mata biru berpaling pergi.

"Bastian.." panggil Arissa. Bastian menghentikan langkahnya. Ia memutar tubuhnya dan berbalik menatap Arissa yang tampak sekuat tenaga  berusaha untuk bisa duduk, dan kemudian Bastian tersenyum kecil kala Arissa berhasil memposisikan dirinya duduk dengan tegak.

Gadis Arisan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang