Additional Part : Cursed

Beginne am Anfang
                                    

"Kalau gitu, aku mati duluan, dong." Aku mendongak padanya. "Di otakku nggak ada apa-apa selain kamu. Semua orang tahu itu."

Dia tertawa. "Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu, Bee. Tidak akan."

Aku tersenyum dan mengecupnya. "Terima kasih, Firefly. Terus, dia kamu apakan?"

"Aku harus menemaninya berlibur ke tempat yang banyak sekali orang ingin membunuhnya. Bukan pekerjaan yang mudah, maksudku bukan tentang melindungi nyawanya, tapi menjadi anjing penjaganya bukanlah hal yang mudah. Aku harus mengawalnya sejak berlibur sampai berada dalam rapat PBB." Dia diam sebentar. Detak jantungnya jadi makin keras.

"Terus?"

"Dua hari kemudian, setelah dia membocorkan semua rahasia yang disimpannya, aku mendapat perintah untuk mengeksekusinya beserta seluruh keluarganya." Dia menelan ludah. "Aku menembakkan bangkai burung ke baling-baling pesawatnya dengan panah."

"Seluruh anggota keluarganya ada di pesawat itu?"

"Ya. Termasuk cucunya yang baru dilahirkan."

Kali ini, aku yang menelan ludah.

"Saat itu aku berpikir beruntung sekali orang-orang biasa yang hidup dalam kesederhanaan di negara tenang. Yang mereka tahu hanya bagaimana melanjutkan hidup. Mereka tidak mengerti soal perang. Mereka tidak memahami politik dan perekonomian dunia." Heath membelai rambutku. "Tidak ada yang ingin membunuh mereka."

"Sewaktu di timur tengah, aku merasa nyawa manusia sama sekali tidak ada harganya. Mereka menjatuhkan bom seperti  Archie melempar bola. Mereka tidak peduli siapa yang teekena bom itu. Tidak peduli apa ras atau agama orang-orang di daerah itu. Jika mereka mau, bom bisa segera dijatuhkan."

"Di sana bukan cuma muslim?"

"Di sana ada banyak agama dan kepercayaan, Bee. Perang di sana bukan hanya tentang agama. Kamu pasti terkejut saat melihat orang-orang di sana saling melindungi saat yang lain sedang beribadah. Muslim melindungi misa natal dan Kristen melindungi salat Jumat. Jangan meributkan apa yang disiarkan di media. Kamu sudah lihat bagaimana media memutarbalikkan fakta, bukan?"

"Kamu juga ikut perang itu?"

"Tidak. Pekerjaanku bukan membawa senapan untuk menakuti sipil seperti pengecut. Aku hanya mampir untuk mencabut nyawa orang-orang yang diinginkan tuanku."

"Ngeri ya, Heath. Aku baca soal bom fosfor. Ya ampun. Merinding banget. Gimana kalau kamu yang kena bom coba?"

Heath tertawa. "Siapa peduli? Aku hanya aset. Mereka bisa mencari orang lain sepertiku."

"Sehebat kamu?"

"Bagaimana menurutmu? Apa ada yang sehebat aku?"

Aku tengkurap di atas tubuhnya. "Mana ada." Kumainkan bulu dadanya. "Di mataku, kamu yang paling hebat."

"Begitu juga di mata orang-orang," katanya sambil menarikku sampai wajah kami sejajar. Dia menarik kakiku untuk duduk di atas tubuhnya.

Mata birunya sayu menatapku. "Aku tidak tahu kenapa aku masih bisa hidup."

"Kamu hidup bisa ketemu aku. Kalau nggak ada kamu, sapa yang peluk aku waktu jatuh dari motor?"

Dia menyelipkan rambutku ke belakang telinga. Kutelusuri bibirnya dengan jari. "Dan aku diciptakan untuk menyembuhkanmu," bisikku. "Aku nggak pintar memperbaiki barang. Tapi, aku yakin aku pasti bisa memperbaiki kamu."

Dia tersenyum.

HP-nya berbunyi lagi. Drey menelepon lagi, tepat saat Heath menyisipkan tangan ke balik baju tidurku. Heath tertawa waktu aku mendengus kesal. Dia mengangkat telepon Drey, bukan hanya karena Drey itu atasannya, tapi karena dia memang sayang sama Drey. Walau di menit pertama dia menyumpahi Drey dan kedengarannya Drey juga menyumpahinya, dia toh keluar kamar juga untuk menjawab telepon Drey. Tentu saja, dia menciumku dulu sebelum keluar.

Nasty Glacie (Terbit - Rainbow Books)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt