Saint and Sinner

57.5K 5.4K 2.2K
                                    

Kami bertahan di kamar hotel itu sampai tengah malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kami bertahan di kamar hotel itu sampai tengah malam. Nggak ada yang niat untuk tidur. Dave memaksaku makan dan minum obat sambil marah-marah. Aku kaget ternyata Dave bisa bentak-bentak juga.

Aku memesan steak untuk kami bertiga yang kami makan di dalam kamar. Steak itu kelihatan enak dan juicy, tapi aku cuma bisa makan beberapa sendok dan memaksa menelan mashed potato dua sendok. Cuma sekadar untuk mengisi perut sebelum minum obat. Dave cuma memandangi piringnya sampai steak itu dingin. Steve nggak usah ditanya, deh. Dia sibuk menyumpai siapa saja di telepon.

Steve menutup telepon terakhir dengan wajah lelah. "Queensboro Bridge," katanya sambil menggeleng.

"Apa?"

"Aston Martin Drey terlihat di Queensboro Bridge."

Queensboro bridge itu jembatan yang menghubungkan 59th street dan 60th street Manhattan dengan Queens. Ngapain mereka di sana? Drey dari Manhattan ke Queens? Daerah itu di bagian utara Long Island, tetanggaan sama Brooklyn. Buat apa Drey ke sana?

"Jadi, mereka masih hidup?" tanyaku. Ini yang paling penting. Terserah mereka ada di India atau bulan. Mendengar kabar mereka masih hidup saja sudah cukup buatku.

Tolong bilang iya. Tolong bilang iya.

"Maaf," kata Steve sambil berdiri menatapku. "Aku tidak bisa bilang apa-apa sebelum melihat siapa yang ada di dalam mobil itu."

Aku menangis lagi. Tapi, dia benar. Kami memang nggak tahu apa-apa.

Kami terus menunggu. Kutimang-timang HP-ku, berharap ada telepon dari Heath atau Drey atau Adam. Walau kurasa mereka mungkin akan menghubungi Steve kalau ada apa-apa.

Jam dua dini hari. Masih belum ada kabar dari mereka. Steve mengajak kami pindah kamar lagi ke lantai bawah. Kami berusaha berjalan pelan biar nggak berisik. Kalau ada orang, aku menyembunyikan wajah ke tubuh Dave atau Steve. Nggak tahu kenapa, refleks aja gitu aku menghindari tatapan orang-orang. Mungkin ini yang dirasakan Savanna setelah peristiwa di Syailendra Ballroom itu, ya?

Kamar yang baru ini sempit. Sepertinya ini kamar biasa. Aku duduk di ujung tempat tidur tanpa melepas jaket. Dave ke kamar mandi dan Steve mencabut kabel telepon dan memeriksa ruangan sampai ke jendela.

HP Steve berbunyi.

"Who?" tanyaku tegang.

Dia menarik bibir ke bawah. "No caller id." Sepertinya dia mengangkat telepon itu dengan mode speaker.

"The dock! The dock! Now!"

Suara Heath. Dia masih hidup. Dia selamat.

Ya, Tuhan. Terima kasih. Terima kasih!

Steve memberikan sesuatu seperti HP pada Dave. "Ini akan membawamu ke tempat yang dia maksud. Aku akan menyusul."

Kusambar tasku, lalu mengikuti Dave.

Nasty Glacie (Terbit - Rainbow Books)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang