Linger

53.2K 5.4K 1.3K
                                    

Ada banyak yang pengin kukatakan padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada banyak yang pengin kukatakan padanya. Aku pengin ngomel sepuasnya. Aku pengin marah tentang cewek pirang itu. Aku pengin ngumpat. Aku pengin cakar mukanya. Aku pengin meluapkan semua. Tapi, saat berhadapan dengan mata birunya, aku nggak bisa apa-apa. Otakku penuh sama cahaya terang dari ribuan kunang-kunang.

Dia diam saja waktu melihat perawat memberikan obat kepadaku. Matanya saja yang memperhatikan apa yang dilakukan perawat seolah dia mandor yang lebih tahu bagaimana kerja tenaga medis. Kalau sedang memperhatikan begitu, dia kelihatan serius sekali, sama sekali nggak gerak. Nggak tahu deh sebenarnya dia itu sabar atau punya bakat jadi manekin.

"Butuh sesuatu?" Dia bertanya sambil duduk di pinggir tempat tidurku setelah perawat pergi dari kamar.

Sambil mengusap kulit yang agak gatal di sekitar tusukan jarum infus, aku berkata, "Sesuatu untuk bikin kamu pergi dari sini."

Dia tersenyum. "Tidak ada."

"Oh, ya? Kemarin kan kamu ngilang nggak jelas. Kenapa sekarang bilang nggak ada?"

"Karena di sinilah tempatku."

"Buat apa?"

"Menjagamu."

"Aku nggak butuh satpam."

"Aku memang bukan satpam."

Gimana aku nggak pengin nangis coba? Seenaknya banget dia datang lagi terus bilang begitu. Ke mana dia kemarin?

Bodohnya, aku nggak tahu harus ngapain. Aku nggak bisa marah ke dia.

"Kamu memang orang paling egois yang kukenal, Heath." Suaraku serak, antara ngantuk dan capek nangis.

"Maaf," katanya pelan sambil tersenyum.

Aku pengin marah lebih banyak ke dia, tapi efek obatnya sudah terasa. Aku jadi ngantuk banget. Dia menurunkan bagian kepala tempat tidur sampai ke posisi rata.

"Nggak usah repot," komentarku pedas. "Aku juga bisa kok kalau cuma pegang remot aja."

Bukannya menanggapi, dia memperbaiki selimutku, lalu mengusap kepalaku sambil berkata, "Tidur nyenyak, Little Bee."

Terus, waktu aku bertanya dengan kesal, "Harusnya kamu nggak usah balik. Harusnya kamu hilang aja sekalian."

Dia malah menggenggam dan mencium tanganku. "Jujur saja, aku sudah berusaha melakukannya."

Dia duduk sambil mengusap tanganku sampai aku tertidur karena efek obat yang diberikan dokter. Tangannya masih tetap sehangat yang kuingat. Senyumnya masih sehangat yang kuingat. Sesuatu di dalam diriku masih menginginkannya seperti yang pernah kuingat.

Aku harus gimana, Heath? 

Aku harus gimana, Heath? 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nasty Glacie (Terbit - Rainbow Books)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang